Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Rabu, 12 Desember 2012

Rabu, 12 Desember 2012

Liburan Keluarga yang Edukatif dan Inspiratif


“Aku mau ke rumah Emak di Sumedang.”
“Aku pengen ke Kidzania.”
“Aku ingin ke kebun binatang.”

Itulah ungkapan anak-anak saya beberapa hari ini tentang rencana liburan mereka. Mereka sangat bersemangat menghadapi liburan Akhir Tahun yang memang bertepatan dengan liburan sekolah. Saat ini, anak-anak sekolah sedang sibuk dengan Ujian Akhir Semester (UAS). Tiada hari tanpa belajar bagi mereka. Anak-anak Sekolah ingin hasil belajarnya bisa membanggakan dirinya dan orang tuanya.

Selain belajar dengan tekun dan semangat, anak-anak sudah memikirkan tentang apa kegiatan liburan nanti usai UAS. Beberapa rencana sudah disusun. Beberapa tempat wisata sudah disebut-sebut untuk dikunjungi.

Saya sudah membuat rencana liburan bersama keluarga dengan memasukkan keinginan anak-anak di dalamnya. Saya membuat program berupa bermain di alam bersama anak Yatim dan Anak-anak dari kalangan kurang mampu (Dluafa).  Tentu saja, anak-anak saya dalah peserta di dalamnya.

Mengapa bermain di alam.

Di era modernisasi saat ini, anak-anak sudah sangat akrab dengan teknologi. Anak-anak sudah tidak asing dengan Gadget dan internet. Anak-anak bahkan sudah lebih menggadrungi permainan dalam bentuk “game” yang tidak banyak menggerakkan anggota badannya. Anak-anak kemudian jauh dari permainan “dolanan” yang memacu kreatifitas, kebersamaan dan melatih fisik.
Bermain di Hutan dengan Pepohonan yang menakjubkan (lokasi Hutan Penelitian Dramaga  Bogor - dok. pribadi)

Bermain di alam akan memberikan nuansa berbeda bagi anak. Alam menyediakan tantangan-tantangan yang alami. Tantangan di alam dalam bentuk dan sifatnya yang khas dan natural menjadi sarana bagi anak mengasah kepekaan panca indra, menguji keseimbangan fisik dan mental serta menemukan hal-hal yang menyegarkan pikiran mereka. Contohnya, ketika mereka berjalan-jalan di hutan, mereka akan menikmati pemandangan alam yang hijau, udara yang terhirup sangat segar, suara burung yang merdu dan sejukanya udara yang menyentuh kulit. Mereka juga akan merasa nyaman dengan kondisi alami tanpa sehingga muncul keceriaan dan kreativitas baru di alam pikirannya.

Bermain di pinggir Danau Situgede Kota Bogor (dok. pribadi)

Mengapa dengan anak yatim dan dluafa.

Anak-anak yatim dan dluafa Mereka adalah golongan yang memiliki akses dan kesempatan yang relative lebih rendah ke tempat wisata. Dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang tidak menyediakan dana khusus untuk berwisata dan faktor lain menjadikan anak yatim dan dluafa jarang mengisi liburan mereka dengan melakukan hal yang menyenangkan. Padahal, liburan ke tempat-tempat yang indah sambil bermain dan belajar adalah hak mereka juga.

Membuat Kreativitas dari Barang Bekas dan Sampah salah satu kegiatan Liburan Edukatif dan Inspiratif

Saya teringat dengan sebuah Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa sedekah terbaik adalah memasukkan kegembiraan kepada saudaranya. Apalagi yang digembirakan adalah anak yatim dan dluafa, tentu lebih tepat dan sangat dianjurkan oleh agama. Sangat banyak keutamaan memuliakan anak yatim. Banyak juga ganjaran dan keberkahan bila kita membantu anak-anak dluafa. Mereka tak hanya merasakan kegembiraan dari apa yang kita berikan, justru kita juga akan menerima ganjaran dan ketenangan hati karena membuat wajah mereka berseri-seri.

Dengan alasan-alasan di atas, saya bersama teman-teman Volunteer dari Lembaga Alam Tropika dan Komunitas Pohon Inspirasi membuat program liburan bersama ank-anak desa, anak yatim dan anak-anak dluafa. Program liburan ini berisi kegiatan berkebun, ekplorasi pohon dan benih di hutan, menanam bibit pohon dan berkreasi dengan barang bekas dan sampah. Program akan dipusatkan di kawasan Hutan Penelitian Dramaga dan Danau Situgede Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Lokasi kegiatan sangat kondusif bagi anak-anak untuk mengasah kepekaan panca indra dan melatih keseimbangan fisik dan mental. Di lokasi kegiatan yang merupakan kawasan hutan lebat, juga dijumpai penangkaran rusa dan tempat pembibitan tanaman hutan.

Semoga rencana saya dan keluarga untuk lebih dekat dan peduli dengan alam bisa terwujud dalam mengisi iburan akhir tahun ini. Semoga anak-anak yatim dan dluafa juga turut menikmati keceriaan bersama kami di masa liburan ini.

Mau bergabung? Bagi yang jauh dari Bogor, mau berkontibusi untuk membuat anak-anak yatim berseri wajahnya? Mau ikut mendukung dengan dalam bentuk apapun yang kita miliki? Tentu itu sangat kami perlukan.

Berminat? Silahkan hubungi Komunitas Pohon Inspirasi (Siddik-081514297728) atau Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN-Venny 0251-8425522)

Rabu, 28 November 2012

Rabu, 28 November 2012

Refleksi Hari Pohon Sedunia 2012



Konflik Palestina Israel kembali membara. Setelah serangan brutal di akhir tahun 2008 lalu, Israel dengan kekuatan militer penuhnya membombardir jalur Gaza beberapa hari terakhir ini. Israel berdalih serangan inia dalah balasan dari rudal-rudal yang diluncurkan oleh pejuang Palestina dari Jalur Gaza.

Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Dunia menyoroti banyaknya korban yang jatuh pada warga sipil di Gaza daripada korban di pihak Palestina. Israel dengan kekuatan udaranya tak pilih target mengebom kawasan padat penduduk penuh dengan wanita dan anak-anak. Jatuhlah ratusan korban meninggal yang sebagian besar dari anak-anak dan wanita.

Selain target pada kawasan yang diduga dihuni pasukan Palestina di Gaza, Israel juga menghancurkan lahan-lahan pertanian ditumbuhi oleh pepohonan. Sebagaimana diketahui, di Jalur Gaza banyak warganya yang berprofesi sebagai petani dimana pohon zaitun adalah tanaman utamanya. Demikian juga di Ramallah dan Tepi Barat, banyak warga disana mengandalkan kebutuhan sehari-hari dari hasil kebun Tin dan Zaitun.

Israel pernah meluluhlantakkan lahan-lahan di Gaza yang ditumbuhi Zaitun dalam perang Darat di akhir tahun 2008 yang dikenal dengan Cast Lead. Bukan saja menghancurkan pepohonan zaitun dari udara, bahkan pasukan Israel membongkarnya dengan bulldozer. Target utama Israel sebenarnya hancurnya pada batang-batang pohon dan musnahnya buah zaitun, namun lebih jauh ingin meruntuhkan daya tahan rakyat Gaza sehingga mereka “menyerah”.

Di antara rahasia kehebatan warga Palestina yang sanggup bertahan hidup dan terus mengobarkan semangat perjuangannya adalah semangat mereka menanam Pohon Zaitun. Ya, Zaitun, pohon yang diabadikan dalam Al Qur’an, Injil, dan Taurat sebagai pohon yang diberkahi. Pohon yang hanya hidup di daratan Mediterania khususnya di Laut Tengah dan tumbuh sangat subur di Palestina. Tumbuhan yang hidup subur di bukit dan pegunungan, dimana tak ada penghalang matahari bagi pertumbuhannya. Kemampuan hidup Pohon Zaitun mampu bertahan hingga ribuan Tahun. Tak heran bila di Palestina, Pohon Zaitun menjadi penyokong utama kebutuhan hidup sekaligus menjadi saksi hidup bagi sejarah perjalanan negeri dan bangsa tempat lahirnya Para Nabi.

Berbagai penelitian ilmiah menyatakan bahwa buah Zaitun tergolong zat makanan yang bagus. Di dalamnya terdapat kadar protein, gizi, dan anti oxidant yang besar, sebagaimana ia memiliki kadar garam yang mengandung kalsium, zat besi, dan fosfat. Ini merupakan zat-zat penting dan vital yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Disamping itu, buah atau daun atau minyak atau juice Zaitun dapat digunakan sebagai anti infeksi organ dalam, seperti, ginjal, empedu dan mengandung senyawa koloid yang dapat membunuh sel-sel kanker.

Menurut laporan dari situs arrahmah.com, hasil Zaitun telah memberikan andil istimewa dalam mengangkat tingkat keamanan pangan bagi orang-orang Palestina. Menghadapi berbagai peperangan dan serangan terhadapnya dari serdadu Israel dalam sejarah Palestina yang panjang, pohon Zaitun tetap berdiri kokoh dan mengakar di perbukitan dan gunung-gunung Palestina. Pohon Zaitun bagi rakyat Palestina merupakan simbol perjuangan dan mengakar di tempatnya. Pohon Zaitun bagi mereka juga merupakan simbol keagungan dan kebanggaan di langit, dan simbol perjalanan sejarah di zaman ini.

Insinyur pertanian Muhammad Abdul Halim, warga Palestina asal Nablus, Tepi Barat, menganggap serangan terhadap Pohon Zaitun merupakan “target strategis khusus”. Terlebih hasil Zaitun dari lahan pertanian merupakan salah satu faktor ketahanan pangan Palestina dan juga salah satu bahan konsumsi terpenting bagi warga Palestina, sekaligus salah satu simbol terpenting bagi perjuangan dan pengakaran sejarah di tanah Palestina. (Kutipan Buku KETIKA POHON BERSUJUD, Thoha, 2011)

Israel sangat memahami akar sejarah dan rahasia kekuatan rakyat Palestina yang sangat sulit ditundukkan. Maka, menghancurkan Pohon-pohon Zaitun, adalah salah satu cara melumpuhkan semangat perjuangan rakyat Palestina. Bagi Israel, selama Zaitun masih tumbuh subur di bumi Palestina, maka mereka terus akan menghadapi pejuang dengan fisk yang tangguh dan semangat yang sangat tinggi. Lihat saja yang mereka aksi penghancuran pohon zaitun terus berlangsung. Pohon Zaitun di Tepi Barat pun tak luput dari serangan Palestina. Sedikitnya 450 pohon Zaitun dirusak oleh serdadu Israel untuk lahan pemukiman illegal Yahudi.. (Baca acehtraffic.com : Perkebunan Zaitun Palestinadi Bakar)

Selama Pohon Zaitun kokoh berdiri maka Israel akan sulit mengalahkan pejuang Palestina karena ketahanan pangan dan iman mereka terus terjaga. Bagi Israel, robohnya Zaitun akan berakibat pada terputusnya suplai pangan bergizi, runtuhnya semangat, menurunnya perlawanan dan terkoyaknya sejarah mulia tanah Palestina. Hebatnya, Usai operasi Cast Lead (2008-2009) oleh Israel, Gaza bangkit cepat. Kebun zaitun dan tiin terpelihara, begitu pun timun, tomat, dan jeruk.

Di sisi lain, Israel justru kini sangat massif melakukan penanaman pepohonan sebagai perisai dari serangan rudal pejuang Palestina yang diluncurkan dari Jalur Gaza. Dilaporkan oleh ynetnews.com, bahwa pemerintah Israel menerapkan solusi pertahanan lain dengan menggunakan pohon-pohon yang tinggi untuk menahan dan menghalangi pandangan dari pejuang Palestina. Pohon-pohon tersebut ditanam di sepanjang Route 232, khususnya di area yang terjangkau oleh serangan rudal pejuang Palestina.(Baca : Trees forshields in Gaza vicinity area). Sayangnya tidak disebutkan jenis pohon tinggi yang ditanam di sepanjang jalur dalam perimeter 5 km dari Jalur Gaza ini.

Israel menggunakan berbagai macam cara untuk melindungi dirinya bahkan menggunakan pepohonan yang di Palestina justru dihancurkan. Israel telah menggunakan standar ganda dalam memandang lingkungan. Bila itu menyangkut Palestina, ia sangat brutal membabi buta merusak tanaman di sana. Padahal beberapa publikasi dan pemberitaan, Israel termasuk negara yang mengemabangkan teknologi yang sangat unggul di bidang pertanian. Sungguh sebuah anomali yang semakin memperburuk sikap Israel di mata warga dunia.

Hari ini 21 Nopember 2012 adalah Hari Pohon Sedunia. Warga dunia memperingatinya dengan bergerak dan mengajak semua pihak untuk peduli pada pohon yang tidak hanya sebagai sosok tumbuh-tumbuhan. Pohon justru adalah sumber kehidupan dan inspirasi. Pohon bahkan adalah simbol perjuangan dimana masyarakat bisa bertahan hidup dan gigih memeliharanya meski dalam kondisi sangat genting.

Seperti Pohon Zaitun yang mampu memberi inspirasi, motivasi sekaligus jiwa bagi sebuah bangsa untuk tetap kokoh bertahan dan melawan kezhaliman. Pohon mampu menghidupkan semangat membara manusia untuk senantiasa memelihara kemuliaan, semangat dan perjuangan. Memelihara pohon tidak sekedar aktifitas budidaya pertanian semata dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok manusia. Menanam pohon juga mampu menghidupkan kebanggaan, pemeliharaan terhadap sejarah, menumbuhkan semangat, dan menggelorakan perjuangan bagi manusia

Di Hari Pohon Sedunia 2012 ini, dunia masih diliputi berkecamuknya peperangan yang merusak banyak pepohonan. Tidak hanya perang fisik seperti yang terjadi di Gaza, namun juga peperangan antara mempertahankan pepohonan yang ada di hutan dan kawasan lindung dengan meningkatkan pundi-pundi yang segelintir elit atas nama pembangunan. Atas nama kemakmuran rakyat, hutan dikupas, dikeruk, digunduli dan diratakan demi kilau emas, kucuran minyak, hembusan gas alam dan mengalirnya minyak sawit jauh ke negeri lain. Faktanya, hilangnya hutan dalam luasan jutaan hektar di Nusantara ini tak juga membuat rakyatnya makmur.

Di Hari Pohon Sedunia ini, mari kita mencintai pohon sebagai bagian dari memelihara keseimbangan dan memakmurkan bumi yang merupakan perintah-Nya dalam kitab suci. Pohon telah banyak memberi kehidupan da inspirasi kita dan bagi alam ini, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk pohon?

Selamat Hari Pohon Sedunia

Salam Lestari!

Senin, 19 November 2012

Senin, 19 November 2012

Hijau Itu Seperti Magnet


Oleh : Evyta AR
Komunitas PI Medan

Kalau kutub utara dan kutub selatan magnet didekatkan, maka mereka akan saling tarik-menarik, begitu pula dengan dunia hijau. Hijau itu seperti magnet, akan selalu menarik apa saja yang ada di dekatnya. Mungkin hijau itu kutub utaranya dan yang lain adalah kutub selatannya. Sekuat apapun kita menolaknya, semangatnya tetap saja mampu menarik kita, paling tidak untuk menikmati keindahannya.
Masih tak percaya? Coba saja anda buktikan. Ketika anda melihat jajaran pohon yang berada di pegunungan, apa yang anda rasakan? Bahagia, bukan? Rasanya keindahan itu mampu menarik lepas beban pikiran, membuat kita tenggelam dalam kekaguman dan memuji Penciptanya. Coba lagi di lain waktu, ketika anda melihat hamparan kebun sayur dan buah yang sedang panen, apa yang akan anda lakukan? Hampir pasti anda ingin memetik dan mencicipinya, bukan? Itulah pesona hijau yang bagaikan magnet. Ia akan selalu menarik siapa saja untuk mendekat dan bergerak.

Hijau itu seperti magnet, seperti halnya yang saya rasakan ketika ditarik secara tak langsung oleh dunia hijau. Melihat teman-teman komunitas yang rajin menanam pohon di pekarangan rumahnya, menarik saya untuk ikut bergerak menanam pohon juga di rumah. Betapa senangnya melihat mereka memetik hasil kebun rumah sendiri dan mengolahnya menjadi panganan sehat. Betapa segarnya udara yang dihirup setiap harinya karena lingkungan rumah dipenuhi oleh hijau. Siapa yang tak ingin merasakan karunia dan kebahagiaan seperti itu.

Hijau menarik sekitarnya untuk menelusuri lebih dalam tentang kemanfaatan. Hijau menarik kita bagaikan magnet untuk menelisik helai demi helai nikmat yang Alloh curahkan, dengan semangat kebaikannya, semangat berbagi, semangat melestarikan. Hijau pula yang merekatkan yang jauh menjadi dekat, yang tak mampu dengan yang mampu, yang tidak tahu menjadi tahu. Hijau juga yang selalu mengingatkan kita tentang berbagi.

Sekuat apapun kita mencoba melepas tarikannya, hijau akan tetap terus menarik apa saja di dekatnya. Hijau menebar manfaat dalam diamnya dan menarik kita dalam kemanfaatan, tanpa banyak kata. Kebaikan yang ia hasilkan selalu dirasakan oleh apa saja yang ada di sekitarnya. Hewan dan manusia menghirup udara bersih di dekat hijau, mengeruk galon demi galon air lewat hijau, merasakan nikmatnya makan juga dari hijau yang diturunkan oleh Alloh. Bukankah semangat kebaikannya ini mengilhami kita tentang sikap pantang menyerah dalam memberi manfaat?

Hijau itu seperti magnet, yang akan selalu menarik sekitarnya untuk kebaikan. Setuju?

Selasa, 18 September 2012

Selasa, 18 September 2012

Pesan Pelestarian Hutan di Film AVATAR

Kembali pada suatu malam  (24/08/2012) Film Avatar ditayangkan ulang di layar kacaoleh Stasiun Televisi RCTI pukul 20.00-22.00. Film peraih banyak penghargaan di ajang Academy Award tahun 2010 memang sulit ditandingi oleh film science fiction lainnya hingga saat ini. Film karya Sutradara James Cameron ini bukan sekedar berbicara kualitas film, namun mewakili pesan tentang kondisi bumi yang semakin rusak khusuwnya hutan akibat kerakusan manusia. Melalui film AVATAR, Cameron menyatakan pendiriannya mengenai perdamaian dan pelestarian lingkungan. Dengan efek spesial, ia memperlihatkan pohon-pohon raksasa, hutan yang mirip hutan tropis dan sebuah bangsa yang hidup tergantung dengan hutan. 

Gambaran di Film Avatar menarik untuk saya kaitkan dengan kondisi hutan di Indonesia. Film epik ini sangat sesuai dengan apa yang terjadi dengan kondisi hutan saat ini. Saya sendiri tak menyangka, bahwa AVATAR telah turut menyampaikan keprihatinan kondisi kritis hutan dunia, khususnya hutan hujan tropis, tempat hidupnya mega-biodiversity di bumi ini. Hutan Pandora, sebagai setting utama 

Film ini mewakili kondisi hutan hujan tropis di Indonesia. Pepohonan yang besar dan lebat, liana yang bergelantungan, lumut yang tebal di kulit pohon, tajuk pohon yang lebar adalah mewakili ekosistem utama hutan Indonesia. Ditambah beragam jenis tumbuhan bawah dan hewan-hewan menambah kejelasan bahwa Cameron ingin memperlihatkan pada dunia, kondisi hutan hujan tropis yang sangat luar biasa. Pesan terpenting dalam film ini adalah pesan Perdamaian dan pelestarian bumi yang sangat memukau. Setidaknya ada lima pesan penting dalam film ini adalah : 

Pertama, sumberdaya alam akan semakin berharga dan mati-matian dipertahankan bila menyangkut dengan hajat hidup orang banyak. Di Film ini digambarkan adanya Ibu Agung yang merupakan sebuah pohon yang menjadi pusat menjalankan aktifitas hidup Bangsa Na’vi . Ibu Agung merupakan “Penjaga Keseimbangan Hidup” bagi mereka. Sama halnya dengan hutan dalam kehidupan nyata, yang menjadi penyangga kehidupan bagi ekosistem baik sebagai penyeimbang iklim, pengatur tata air, perlindungan banjir dan longsor, penyedia bahan pangan, penyedia oksigen, penyerap karbondioksida, rumah besar bagi satwa dan bahkan fungsi pertahanan keamanan bagi negara. Kekurangpahaman masyarakat akan fungsi hutan menyebabkan hutan dengan mudah dirusak hanya demi bahan tambang, seperti yang digambarkan dalam film ini. Padahal, di Hutan Pandora pohon-pohon yanga da di dalamnya berdasarkan penelitian Dr. Grace, melakukan transdeduksi dan saling berkomunikasi satu sama lain. Mereka hidup layaknya manusia dan memberi perlindungan dan kehidupan bagi bangsa Na’vi. 

Kedua, selalu terjadi konflik kepentingan antara pihak Conservasionist, Developmentalist dan Eco-populist dalam mengelola sumberdaya alam. Pihak Conservasionist adalah pihak yang bersikukuh bahwa hutan harus dilestarikan karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Pihak ini diwakili oleh Dr. Grace, seorang ahli biologi (exobiologist) yang banyak menemukan potensi luar biasa di Hutan Pandora. Kubu Developmentalist diwakili oleh sosok pemegang otoritas perusahaan pertambangan yang hanya memandang sisi ekonomi dari Hutan, sehingga apapun yang terjadi sumberdaya yang bernilai ekonomi tinggi harus diambil. Kubu ini diwakili oleh pimpinan proyek yang dengan sangat bernafsu akan mengambil Unobtainium di bawah Hometree dengan cara kekerasan. Kubu ketiga adalah pihak Eco-populist yang biasanya mendampingi masyarakat, hidup bersama dan memperjuangkan hak dan kebutuhan mereka. Dalam AVATAR, Jake menjadi pihak yang sangat gigih membela hak-hak Bangsa Na’vi dari upaya penghancuran “manusia langit”. Tiga pihak dalam dunia nyata selalu berseteru dan terkadang tidak bisa dipersatukan. Terkadang pihak Conservasionist bisa berkolaborasi dan mengadakan perlawanan kepada kubu Developmentalist. Di Indonesia, Developmentalis biasanya diwaklili oleh pihak investor dan pemerintah. Pihak Conservasionist biasanya berasal dari akademisi, peneliti dan aktivis konservasi. Adapun kubu Eco-populist berasal dari aktivis pemberdayaan masyarakat, aktifis advokasi masyarakat, pemimpin adat dan tokoh pembela hak-hak masyarakat. 

Ketiga, pemaksaan kehendak dan kekerasan atas nama pembangunan selalu berakhir buruk. Lihatlah apa yang terjadi dalam film AVATAR, bahwa upaya negoisasi yang diremehkan akan berakhir pada hancurnya hutan, binasanya satwa dan hilangnya nyawa. Jalan damai memang tidak mudah dan makan waktu lama, tapi resiko dan ongkos sosial yang rendah dan akhir yang memuaskan semua pihak. Inilah yang sering diabaikan oleh perusahaan dan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam. Mereka sering tidak sabar berurusan dengan warga yang berada di dekat lokasi proyek. Mereka akhirnya menempuh jalan kekerasan ketika menemui hambatan dari warga. Maka kita bisa saksikan banyaknya konflik antara perusahaan dan masyarakat sekitar di lokasi perusahaan kelapa sawit, tambang, hutan produksi, hutan alam dan perusahan lain. 

Keempat, akan selalu ada pihak yang berjuang mati-matian untuk melestarikan alam. Sepertinya Film AVATAR ingin menyampaikan pesan, bahwa kekuatan kecil dari pelestari lingkungan akan selalu ada. Dengan “senjata” tradisional dan dibantu “alam” pejuang lingkungan ini akan terus menyuarakan dan melawan kesewang-wenangan dan arogansi perusak lingkungan. Akan selalu ada sekelompok manusia yang menjadi pemberi peringatan bagi mereka yang akan merusak alam. Mereka, golongan yang pejuang ini juga senantiasa memberi kabar gembira akan kehidupan yang lebih indah bila alam hidup pada keseimbangannya.  

Kelima, kemenangan dan harapan akan lingkungan yang lebih baik akan selalu ada. Akhir cerita yang memberi kemenangan pada Bangsa Na’vi adalah pesan penting bahwa perjuangan di jalan yang benar dengan penuh kegigihan dan kesabaran akan selalu berbuah manis. Jake dan Bangsa Na’vi akhirnya bisa mempertahankan Planet Pandora dengan hutannya dari kerakusan manusia. Pesan ini sangat penting untuk membangkitkan semangat bagi aktifis lingkungan untuk terus berupa menggalang kekuatan melindungi dan melestarikan alam tanpa kenal lelah dan tak ada kata menyerah. 

Masih banyak lagi pesan perdamaian dan pelestarian lingkungan yang bisa dipetik film AVATAR. Semoga inspirasi film ini bisa memberi penyadaran bagi banyak pihak yang menginginkan bumi kita tetap hijau, indah dan berkelanjutan manfaatnya hingga anak cucu kita. 

Salam lestari!

Jumat, 31 Agustus 2012

Jumat, 31 Agustus 2012

Inspirasi Hidup dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Bagian 1)

Salah satu kejadian kebakaran lahan pada malam hari di Kapuas Kalimantan Tengah (dok. pribadi-Achmad Siddik Thoha)
Sudah hampir dua bulan saya menjalani penelitian di Kalimantan Tengah. Banyak lokasi saya kunjungi. Banyak kisah saya tulis. Tentu saja banyak inspirasi dan hikmah hidup saya peroleh. Diantara hikmah hidup yang saya peroleh adalah bagaimana masyarakat khususnya di Kalimantan tak terpisahkan hidupnya dari membakar lahan.

Membakar lahan sudah menjadi tradisi tertua dalam peradaban manusia. Membakar, bukan sekedar untuk keperluan membersihkan lahan agar mudah ditanami. Membakar juga dalam rangka menambah nutrisi tanah yang tadinya miskin nutrisi. Membakar juga dalam rangka mengusir hama yang bersarang di lahan yang akan dijadikan areal pertanian.

Pada keperluan di luar pekerjaan menanam, membakar dipakai untuk senjata. Bukan senjata untuk membunuh, namun senjata untuk mengusir dan mengarahkan. Mengusir binatang buruan dan mengarahkan pada lokasi yang mudah untuk ditangkap atau dijerat. Mengusir ikan di sungai atau rawa dan diarahkan pada tempat yang mudah dijala atau ditangkap.
Budaya pertanian yang kental turun menurun masih diperagakan oleh masyarakat di Kalimantan. Mereka membakar dengan tujuan apapun dalam kondisi terkontrol. Mereka membakar pada saat yang tepat. Masyarakat lokal yang masih tradisional memiliki pengetahuan dan keterampilan yang arif dalam membuka lahan.

Dengarlah pengakuan salah satu warga Lahei Mangkutup Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah,

“Ketika awal kemarau kami mulai menebang pohon dan menebas belukar. Setelah semua rebah, kami tunggu tebangan dan tebasan itu hingga kering. Pohon-pohon yang rebah kami biarkan sekitar sebulan agar kering betul. Semak belukar dan alang-alang kami keringkan sekitar dua minggu sebelum dibakar. Setelah siap dibakar, kami memberitahu warga lain yang lahannya bersebelahan agar bisa saling menjaga. Setelah membakar kami tetap berjaga hingga api benar-benar padam. Setelah api benar-benar padam barulah kami menunggu sampai hujan turun agar besar untuk kemudian menanam.”

Budaya membakar yang selalu terkontrol ini masih terpelihara dan terus dipraktekkan masyarakat Kalimantan. Bagi masyarakat Kalimantan, kebakaran adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk keseimbangan ekosistem asal dilakukan secara terkendali. Agar api terkendali, dibutuhkan keikhlasan menunggu saat yang tepat untuk membakar yakni saat bahan-bakar benar-benar kering dan kondisi angin tenang. Juga perlu tiap orang untuk saling mengawasi saat membakar. Yang juga penting adalah menjaga sampai api benar-benar padam sebelum meninggalkan lahannya.

Kebiasan petani yang selalu bisa mengontrol lahannya dari api tak terkendali membuat saya terhenyak sejenak. Benar adanya, hidup ini butuh keikhlasan untuk bisa menunggu saat yang tepat untuk melakukan sesuatu yang sangat penting. Teburu-buru dan ceroboh melakukan sesuatu yang penting dan berisiko tinggi bisa membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.

Hikmah lain dari petani yang selalu terkontol dalam mebakar lahannya adalah keikhlasan dalam menjaga dan mengawasasi lahan tetangganya. Bila tidak ada keikhlasan untuk saling mengawasi, kecerobohan satu orang yang tidak bisa mengontrol apinya bisa menjalar ke lahan lain dan akhirnya banyak yang dirugikan. Demikian dalam hidup, bila ingin tetap dalam kontrol moral dan etika serta tuntunan agama, maka saling mengingatkan dan memberi nasehat bisa mendatangkan kebaikan bersama dan menjauhkan dari kemudaratan yang besar.

Terakhir, selesaikan pembakaran sampai api padam. Maknanya, kita harus benar-benar menuntaskan masalah sampai tuntas agar suatu saat tidak jadi api dalam sekam, seolah selesai ternyata masih membara dan bisa meledak jadi “api” masalah yang besar.

Salam arif lingkungan!
Kapuas, 24 Juni 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Ways of Life from Kapuas River (Hikmah Kehidupan dari Sungai Kapuas)

Cas/perahu kecil di Sungai Kapuas Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah (dok. pribadi) 




Sore ini, untuk kesekian kalinya kuletakkan badanku di pinggir dermaga Pelabuhan Sungai Kapuas di Kuala Kapuas. Pelabuhan ini selalu memanggilku untuk mendatanginya. Semilir anginnya yang sejuk. Pemandangan awannya yang indah bak kapas bergulung. Juga suasana tenang alirandi salah satu sungai terbesar di Indonesia ini.

Sore ini, kupandangi riak air Sungai Kapuas dengan lebih lekat. Tampak riak tenang mengiringi soreku yang indah. Air beriak lambat cenderung tenang, setenang hatiku sore ini. Ya, lambat berarti tenang.

Perahu bermesin lalu-lalang melintas. Aku tidak terlalu tertarik melempar pandangan padanya. Aku lebih memilih memandang dalam ke perahu yang dikayuh seorang Bapak paruh baya. Ia mengayuh pelan namun mantap. Lambat memang tapi kulihat hatinya tenang. Ia yakin lambat tak berari lemah. Lambat berarti bersabar dan tenang.

Aku akhirnya melabuhkan pandangan pada perahu besar pengangkut barang.  Kapal tambun ini terus bergerak meski lajunya hanya kurang dari 20 km/jam. Ia harus menunaikan tugasnya mengantar barang ke tempat yang sangat membutuhkannya. Tak peduli ia harus bergerak lambat. Ia tak ambil pusing dengan perlombaan bergegas dari para pengendara kendaraan bermotor di daratan. Sungai telah menjadi jiwa bagi setiap perahu dan pengendalinya.
Kapal Penumpang dan Barang yang menjadi andalan transportasi air  di Kabupaten Kapuas (dok. pribadi)


Dengan makin berkembang pesatnya infrastruktur jalan dan jembatan, tak berarti mobilitas warga melalui Sungai Kapuas berhenti. Karakter masyarakat sungai sudah melekat sejak sungai ini terbentuk entah berapa ribu tahun lalu. Jalan boleh terus dibuat dan diperpanjang. Namun geliat sungai Kapuas tak pernah terhenti.

Aku begitu menyukai karakter masyarakat yang hidupnya sudah menyatu dengan sungai. Mereka setiap hari berjalan dengan kendaraan lambat. Lambat bukan berarti lemah. Lambat justru menjadi ciri masyarakat sungai menyesuaikan dengan ketenangan aliran sungai. Cepat justru akan memperkeruh suasana sungai yang tenang. Lambat bermakna ketenangan bagi budaya masyarakat yang hidup menyatu dengan sungai.

Bandingkan dengan budaya masyarakat yang kini tergantung dengan transporasi darat. Jalan sudah menjadi salah satu tempat tercerabutnya nyawa-nyawa manusia bahkan hewan. Orang di jalanan tak mau berjalan lambat. Semua ingin cepat dan tak ingin dihambat. Ketenangan pun menjadi fenomena langka. Lambat justru dianggap menghambat. Akhirnya banyak umpat-mengumpat di jalanan.

Lambat di sungai tak membuat orang merasa terhambat apalagi mengumpat. Masyarakat sungai sangat paham bahwa mereka takkan bisa berjalan cepat karena memang karakter sungai yang mengharuskan mereka lebih cocok untuk bergerak lambat. Mereka tetap tenang karena pada saatnya mereka juga akan sampai.

Lambat juga berarti kehati-hatian. Jarang ditemukan kasus kecelakaan antar perahu di Sungai Kapuas. Tentu saja kecelakaan sangat sulit ditemukan karena setiap perahu berjalan dengan lambat dan mudah mengantisipasi kejadian yang merugikan.

Lambat juga berarti terkontrol. Sangat sulit bergerak sangat cepat diatas permukaan air. Perahu yang bergerak sangat cepat di permukaan air lebih sulit mengendalikannya daripada di darat. Bila ada perahu yang bergerak sangat cepat, maka riak sungai akan menjelma menjadi gelombang dan ini merugikan perahu yang lain. Perahu yang terhempas gelombang akan sedikit teromban-ambing. Sebaliknya bila perahu melintas lambat, perahu yang berpapasan tidak merasakan riak tinggi yang menghempasnya sehingga tetap dalam kendalil.

Dan lambat juga adalah kesempatan mengambil banyak hikmat. Hikmat berupa renungan akan keindahan alam di sekitar sungai. Bergerak lambat diatas sungai akan benyak waktu menikmati nikmat Tuhan di sepanjang sungai. Nikmat berupa alam yang indah, hidup yang damai dan aliran air yang tenang.

Kota Air ini mengajarkanku untuk senantiasa tenang. Air yang lambat membuat semua terlihat tenang. Perahu yang lambat merambat tanda kesabaran tertambat dan jauh dari umpat-mengumpat seperti kebanyakan warga di tempat lain. Terima kasih,Allah, telah menciptakan Kapuas yang penuh hikmat.

Lestari sungai Kapuas!

Salam lestari!

*catatan ringan penelitian
Kapuas, 9 Juli 2012

Kearifan Lokal Masyarakat Kalimantan dalam Memprediksi Musim Kemarau

“Bila kami terlambat membakar lahan, maka kami tidak bisa menanam padi sepanjang tahun”

Kalimantan selain sebagai pulau yang kaya akan sumberdaya alam juga kaya dengan pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal yang berasal dari suku-suku asli yang berdiam di Kalimantan sampai saat ini terus dipertahankan. Pengetahuan lokal atau local knowledge dalam mengelola sumberdaya alam dan berinterkasi dengan alam dilakukan secara arif dan ramah lingkungan. Sebagian pakar sosial menyebutnya dengan kearifan lokal (local indigenous)

Salah satu bentuk kearifan lokal suku-suku di Kalimantan adalah bagaimana mereka memprediksi datangnya musim kemarau. Musim kemarau sangat ditunggu kehadirannya bagi suku asli karena akan menentukan kapan mereka bisa membuka lahan untuk kegiatan pertanian. Bagi masyarakat tradisional, model pertanian yang dipraktekkan adalah sistem perladangan yang mengandalkan curah hujan untuk kebutuhan air bagi tanaman. Jenis tanaman perladangan yang ditanam umumnya adalah padi ladang atau padi tadah hujan. Padi ini merupakan padi jenis lokal yang bisa dipanen secepatnya 6 bulan dan selambatnya 9 bulan dalam setiap musim tanam..

Dalam perladangan, prediksi yang tepat akan datangnya musim kemarau akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman pertanian. Bila petani ladang terlambat mengetahui musim kemarau, maka ladang yang dibuka dengan sistem tebas bakar (slash and burning) akan mengalami kegagalan. Seperti yang diungkapkan warga Kapuas Kalimantan Tengan (Kalteng) kepada saya dalam sebuah wawancara,

“Bila kami terlambat membakar lahan, maka kami tidak bisa menanam padi sepanjang tahun”

“Mengapa bisa tidak menanam?” tanya saya kembali

“Bila terlambat membakar sedangkan musim kemarau sudah lewat, maka hasilnya tidak bagus dan nanti yang tumbuh justru rumput. Padi kami akan kalah bersaing tumbuhnya dengan rumput” jawab warga lokal tersebut.

Lahan yang akan ditanami padi ladang haruslah bersih dan ini membutuhkan kondisi musim kemarau yang tepat. Hasil pembakaran yang dilakukan di musim kemarau akan menghasilkan pembakaran sempurna. Pembakaran yang sempurna tidak menyisakan tumbuhan bawah yang tumbuh di ladang sehingga ladang dengan mudah ditabur benih. Benih yang tumbuh di lahan yang bersih dari tumbuhan lain akan tumbuh dengan kualitas terbaik. Disamping itu, abu hasil pembakaran limbah penebasan dan penebangan, akan menambah nutrisi tanah sehingga kesuburannya meningkat.

Beberapa kearifan lokal Kalimantan tentang bagaimana masyarakat memprediksi datangnya musim kemarau adalah sebagai berikut :

1. Beje (Kolam Perangkap Ikan) Sudah surut

Beje (kolam tradisiional)  yang sudah jadi
Di beberapa lokasi di Kalimantan, warga lokal memiliki cara menangkap ikan secara tradisional yang dinamakan Beje. Beje adalah sebuah kolam yang airnya berasal dari sungai. Ukuran Beje bervariasi dari seluas 10 m2 hingga 1000 m2 atau lebih. Pada saat musim hujan, air sungai meluap dan memenuhi lubang atau kolam Beje. Ikan-ikan dari sungai pun turut masuk ke Beje bersama aliran air. Ketika air sungai surut sehinngga tidak ada supplai air ke Beje. Beje pun ikut surut sehingga ikan terperangkap di Beje tidak bisa kembali ke Sungai. Dengan mudah para pemilik Beje menangkapi ikan yang terjebak. Pada musim orang menangkap atau memanen ikan dari Beje itulah saat kemarau tiba.

2. Ikan banyak turun ke muara sungai.
Ketika musim hujan, air di hulu dan hilir sungai tersedia melimpah. Sebaliknya ketika hujan mulai berkurang aliran sungai di hulu sungai mulai surut. Itulah saatnya ikan-ikan mencari tempat untuk bisa tetap bertahan hidup. Maka, bila saat kemarau tiba, ikan-ikan bergerak ke muara karena di sungai muara masih cukup air.

3. Ikan Sepat Layang Menggumpal di Udara.
 Fenomena ini tidak banyak diperhatikan banyak orang. Saya pun penasaran untuk melihatnya langsung. Fenomena banyaknya Ikan Sepat Layang menggumpal di udara ketika musim kemarau tiba diungkapkan oleh Pak Nau Don Yusias, salah satu pemuka Adat Suku Dayak yang menjadi Wakil Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Propinsi Kalimantan Tengah. Pernyataan dari Pak Don ini saya percayai dan saya yakini sebagai fenomena alam yang logis, karena ikan Sepat layang akan mencari tempat yang banyak airnya untuk melanjutkan hidupnya.

Ikan Sepat layang

4. Rontoknya daun-daun pepohonan.
Ini sebuah fenomena umun yang mudah dikenali banyak orang namun seringkali luput dari perhatian. Tidak begitu halnya dengan petani. Mereka begitu memperhatikan fenomena alam karena alam memberi sinyal apa adanya. Ketika banyak pepohonan merontokkan tanamannya maka musim kemarau sudah tiba. Pohon-pohon karet dan Pohon Pantung bahkan hanya menyisakan cabang dan rantingnya saja di musim kemarau.

Pohon Pantung atau Jelutung

Masyarakat tradisional meyakini bahwa prediksi mereka sangat tepat dan tak pernah meleset. Ketika saya konfirmasi pada salah satu Kepala Desa di Kecamatan Mantangai Kapuas tentang akurasi prediksi cuaca masyarakat lokal dibandingkan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, dia menjawab,

“Prediksi hampir sama, Pak. Tapi saya lebih meyakini prediksi cuaca dari pengetahuan lokal, karena sudah terbukti tak pernah meleset.

Dari berbagai prediksi cuaca berdasarkan kearifan lokal masyarakat tradisional Kalimantan maka musim kemarau secara periodik terjadi mulai bulan Juli dan puncaknya Bulan September setiap tahun. Mulai bulan Oktober hujan mulai turun dan masyarakat petani mulai menanam benih dan bibit-bibitnya.

Meski tidak ada data parameter cuaca dan iklim dari masyarakat tradisional tentang prediksi musim kemarau, namun fenomena alam tak pernah bohong. Alam menampilkan gejala-gejala cuaca apa adanya. Hanya manusia yang sangat dekat interaksi dengan alamlah yang tahu persis gejala alam ini.

Manusia yang dekat dengan alam tak ingin membohongi informasi karena dia sudah diberi banyak karunia dan menjadi penerus ilmu yang diberikan Tuhan. Adapun sebagian manusia ditemukan memanipulasi data dan informasi karena merasa ilmu yang dimilikinya berasal dari kemapuannya sendiri.

Kearifan masyarakat tradisioan Kalimantan mengajarkan pada saya dan mungkin kita akan pentingnya selalu dekat dengan alam untuk bisa dengan arif mengelola sumberdaya alam. Alam adalah amanah yang telah dipecayakan Tuhan pada kita untuk dikelola dengan arif dan bijaksana. Bila alam sudah dikelola dengan arif, maka kerusakan bumi akan bisa dikurangi.

Salam arif lingkungan!

Sumber Gambar


Jumat, 08 Juni 2012

Jumat, 08 Juni 2012

HNW Cagub Peduli Pelestarian Lingkungan

Berbagai jurus kampanye dilakukan oleh para calon gubernur (cagub) dan calon gubernur (cawagub) menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) Daerah Istimewa Ibukota Jakarta (DKI) Jakarta. Tema ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan hingga lingkungan hidup dijadikan bahan kampanye untuk menarik dukungan sebanyak mungkin. Tema yang seringkali kurang menarik disimak oleh khalayak adalah tema lingkungan.




Salak Condet, Salah satu ikon Jakarta yang ingin dilestarikan Hidayat-Didik

(Sumber gambar )

Sebagian besar calon memang memiliki visi pelestarian lingkungan. Terkait Ruang Terbuka Hijau misalnya, hampir semua pasangan calon mengajukan peningkatan luas RTH hingga mencapai minimal 30%. Terkait banjir, semua pasangan berbicara tentang pentingnya penghijauan khususnya di Hulu dan bantaran sungai.

Semua visi dan misi lingkungan disampaikan ke media tidak cukup detil dan aplikatif, kecuali pasangan Hidayat-Didik. Pasangan nomor urut 4 dalam Pilkada DKI ini member konsep strategis dan praktis. Terkait penanggulangan banjir, Hidayat-Didik membahas lengkap dari persoalan ekosistem, teknis drainase, penataan ruang hingga konservasi. Berikut paparan pasangan Hidayat-Didik terkait solusi permasalahn banjir Jakarta.
(Ulasan Kampanye Lingkungan Calon lain bisa dibaca disini)


1. Bekerja sama secara efektif dengan Pemprov Depok dan Pemkot Bogor. Misalnya Bogor, bisa jadi dengan membebaskan tanah di sana untuk dijadikan resapan atau penampungan air agar air tidak masuk ke Jakarta tapi dibelokkan ke resapan yang dibuat di Bogor.
2. Membuat situ baru sebagai resapan air di Jakarta. Situ tersebut dapat
menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat.
3. Melakukan pengerukan sungai seperti Sungai Pesanggrahan dan Kali Angke.
4. Membenahi warga bantaran sungai yang menjadi korban banjir, misalnya diajak dialog dengan pemprov, bukan penggusuran. Karena penggurusan bukan solusi bagi warga bantaran.
5. Menerapkan sistem banjir kanal barat dan timur, penataan daerah aliran sungai (DAS) dan waterfront city.
6. Me-manage (mengatur) air agar run off (aliran permukaan) tidak hilang.
7. Membangun sistem reservoir (penampungan air) bawah tanah.

Selain itu, Hidayat-Didik juga memberikan perhatian pada pelestarian buah-buahan yang zaman dulu menjadi cirri khas beberapa daerah di Jakarta. Anda tentu sangat familiar dengan Kawasan Condet, Duren Sawit, Mangga Besar, atinegara, Jatiwaringin, Jatipetamburan, Jatipadang, Kampung Rambutan, Kebu Jeruk.. Nama-nama tersebut terkait erat dengan produk buah yang dihasilkan oleh daerah tersebut zaman dulu.

Inilah yang menarik perhatian salah satu calon gubernur (cagub) DKI Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini menjadi salah satu konten kampanyenya. Pasangan Cagub DKI ini banyak menyampaikan ide dan aktifitas ke media dan masyarakat untuk mengembalikan ikon Kota Tua Jakarta yang lekat dengan pepohonan.




Buah Gandaria, Salah Satu Buah Kebanggan Warga Jakarta (Sumber Gambar)

Calon Gubernur DKI Hidayat Nur Wahid berencana menanam pohon mangga di kawasan Mangga Dua. Tidak cuma itu, dia juga akan menanam pohon rambutan di Kampung Rambutan, duren di Duren Sawit, dan tanaman buah lainnya di kawasan Jakarta yang menggunakan nama pepohonan. "Saya akan perbanyak pohon sesuai nama daerah," kata Hidayat ketika ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 10 April 2012. (Baca Tempo.co : Hidayat Kritik Cara Tanam Pohon Pemda )

Pasangan Hidayat-Didik akan memperbanyak ruang terbuka dan menanam tanaman buah, karena beberapa nama kawasan di Jakarta juga diidentikkan dengan nama buah.

"Ada Kampung Rambutan, Mangga Dua, Kelapa Sawit, Kebon Jeruk, Kebon Nanas dan lain lain. Di tempat-tempat itu rencananya akan ditanami dengan tanaman khas daerah itu, seperti di Kampung Rambutan yang akan diperbanyak dengan tanaman buah rambutan, sesuai dengan namanya," terangnya.

Di kawasan Monas Hidayat juga berencana menanami tanaman berbuah, jadi tidak hanya tanaman biasa yang terkesan menghijaukan. "Sehingga Jakarta dengan tanaman buahnya akan terlihat semakin hidup," Demikian pernyataan Hidayat Nur Tak tanggung-tanggung pasangan Hidayat-Didik menempatkan motif pohon buah-buahan di salah satu ikon kampanye mereka yaitu Batik Beresin Jakarta (Baca okezone.com : HNW Prioritaskan Pemugaran Kota Tua danBikin Batik Betawi.)

Kita berharap Jakarta yang dulu kembali seperti namanya. Kampung Rambutan semarak dengan pohon rambutan. Di Condet banyak salak, duku dan melinjo. DI Duren Sawit berlimpah pohon durian. Di Gandaria yak dijumpai anak-anak asyik memanjat pohon Gandaria. Di Kebun Jeruk, nikmat sekali bisa mencicipi buah jeruk yang manis. Di Mangga Dua, banyak orang yang menikmati manisnya buah mangga.

Kembalikan kejayaan Jakarta seperti dulu. Kota Penuh Pohon, Hijau dan Berbuah!
Hidayat-Didik Insya Allah bisa mewujudkannya.

Senin, 02 April 2012

Senin, 02 April 2012

Mandi Hujan Itu Menyenangkan dan Bermanfaat, Loh!



“Horee hujaaaan” teriak anak-anak saya.

Mereka serentak masuk ke dapur. Bukan menghindar hujan, tapi bersiap-siap bermain-main dengan hujan alias mandi hujan. Anak saya yang paling kecil, Aisyah, 3 tahun, bersama teman sebayanya, Naila, tanpa peralatan apapun langsung menembus hujan dengan riangnya. Aisyah dan Naila melompat-lompat, dan menari menikmati guyuran air hujan.

Beda Aisyah beda pula kakaknya. Nuha, anak pertama saya, hanya berani berhujan ria dengan payung, tapi ia tetap menikmati hujan deras dengan senang. Sementara Muthi dan Faruq, anak kedua dan ketiga saya, merasa nyaman diguyur hujan dengan memakai mantel hujan. Mereka berlima larut dalam guyuran hujan, berbecek ria, ciprat-cipratan, berlari-larian dan berlompat-lompatan. Hujan adalah ‘sahabat’ bermain yang sangat menyenangkan bagi mereka.

Hujan sudah mereda. Anak-anak saya masuk rumah dan segera mandi. Setelah mandi dan ganti baju, mereka kembali “ngacir” keluar untuk bermain-main. Anak-anak memang “tak ada matinya” kalau sudah urusan bermain-main.

Di Bogor, hujan bukan menjadi sesuatu yang asing. Hampir setiap hari turun hujan. Hujan deras tak lagi menjadi penghalang masyarakat untuk beraktifitas. Tapi tidak banyak orang gembira dengan turunnya hujan. Ada sebagian orang yang mengeluh, membatalkan acara dan bahkan menyalahkan hujan. Tidak begitu dengan anak-anak saya. Mereka justru sangat gembira ketika hujan. Mandi hujan adalah wujud kegembiraan mereka menyambut hujan.
Saya merasa senang sore ini setelah menyaksikan anak-anak bermain hujan. Kebiasaan bermain saya waktu kecil akhirnya bisa saya “turunkan” pada anak-anak saya. Saya tidak terlalu khawatir dengan ancaman tercenarnya air hujan, petir dan sakit setelah mandi hujan. Ketika saya menginzinkan mereka tentu ancaman tersebut sudah saya pertimbangkan. Rumah saya di perkampungan yang tidak banyak lalu lalang kendaraan dan banyak pohon. Faktanya, berkali-kali anak saya mandi hujan, Alhamdulillah mereka tidak sakit.

Saya mencoba menarik hikmah dengan suasana mandi hujan anak-anak saya. Apa hikmah mandi hujan sore ini bagi saya, anak-anak saya atau buat kita?
  1. Anak-anak tak pernah mengeluhkan cuaca yang buat sebagian orang tua menjadi penghambat dan masalah. Mereka menjadikan hujan sebagai “sahabat” yang menyenangkan untuk bermain. Turun hujan adalah saat mereka bersyukur karena belum tentu akan dating kesempatan main hujan kembali.

  2. Dengan mandi hujan, anak-anak berusaha melakukan adaptasi terhadap lingkungan bukan menghindarinya. Bagi anak-anak yang sering mandi hujan, tubuhnya akan terbiasa dan mereka memiliki daya tahan yang lebih dalam menghadapi lingkungan khususnya cuaca.

  3. Anak-anak menjadi lebih kreatif dan aktif ketika senang dengan hujan. Saat mandi hujan, mereka bisa berekpresi bebas, melompat, berbecek ria, menari, berteriak dan berlari meluapkan kebebasan. Mereka bisa melupakan sejenak aktifitas permainan yang membuat tubuh malas bergerak seperti menonton atau main game.

  4. Setelah mandi hujan, mereka terbiasa untuk segera mandi. Ini berguna agar anak-anak bisa memahami makna keseimbangan antara bermain dan kewajiban menjaga diri agar tetap sehat.
Saya mendapat pelajaran berharga dari peristiwa mandi sore anak-anak saya. Saya harus bisa menikmati sesuatu yang diberikan-Nya dengan syukur, beradaptasi dan menjadikannya sebagai “sahabat” dalam hidup. Anak-anak saya juga memberi pesan pada saya untuk tidak banyak mengeluh pada tantangan, bersikap seimbang dan mengambil manfaat dari setiap peristiwa.

Terima kasih anak-anak!

Minggu, 01 April 2012

Minggu, 01 April 2012

Membuat Kompos Sendiri di Rumah


Keranjang Takakura adalah keranjang pembuat kompos (komposter) yang sangat ringkas dan praktis.  Sesuai dengan namanya keranjang ini merupakan buah pemikiran pak Koji Takakura dari Jepang.

Sebetulnya kit keranjang Takakura ini pernah saya beli di kantor RW lingkungan saya, sudah satu set: keranjang dengan tutupnya dan kain penutup, dua buah bantal sekam, satu sekop tangan, sekam dengan bio starternya.  Sesudah dipakai beberapa kali bantal sekam kelihatannya membusuk dan ada binatang-binatang (!) didalamnya jadi saya memutuskan untuk meremajakan keranjang ini.
Yang akan kita buat sekarang ini adalah keranjang Takakura versi yang sangat mudah.

Barang-barang yang musti disiapkan:

1. Keranjang laundry dengan tutupnya 1 buah.  Harganya kurang lebih Rp 80.000



2. Kantung jaring untuk penutup nasi (bisa dibeli di tukang kelontong di pasar tradisional) 2 buah @Rp 5.000

3. Sekam 4 kantung (beli di tukang tanaman) Rp 10.000
4. Kardus aqua (gratis atau beli kardus bekas Rp 1.500 di warung).
5. Benang dan jarum untuk menjahit bantal sekam.
6. Kain penutup keranjang (buat sendiri yah..)


Cara membuatnya:
1. Kardus aqua diplester tegak ke empat sisi bawahnya, sedangkan sisi atasnya dipotong sedikit supaya tingginya pas dengan keranjangnya.



2. Kantung jaring diisi dengan sekam lalu dijahit sisi atasnya supaya sekamnya tidak keluar.  Jahit dengan gaya bebas semampunya anda OK??  Bentuk akhir mirip bantal sekam, lebih padat lebih bagus.  Buat dua buah.

3. Kardus aqua ddimasukkan kedalam keranjang.  Tekan-tekan supaya masuk dan pas sehingga keranjang bisa ditutup.  Masukkan satu buah bantal sekam didasar keranjang.  Ini gunanya supaya cairan sampah dan kompos tidak merembes.
4. Tuang sekam 1 kantung kedalam keranjang.  Masukkan tanah satu sekop tangan dari halaman anda sebagai bio starter.  Tutup dengan bantal sekam yang satu lagi.
5. Simpan satu kantung sekam dalam wadah dan simpan dekat keranjang ini.  Sekam ini untuk menutup sampah yang baru anda masukkan kedalam keranjang.  Sekam ini juga ditambahkan kalau isi keranjang terlalu basah.
6. Keranjang takakura anda sudah siap untuk menerima sampah organik!!



Tips:
  1. Keranjang ini cocok untuk keluarga kecil atau anak kost/single.  Keranjang malahan bisa disimpan dalam kamar kost, walaupun saya tidak sarankan karena kadang keranjang didatangi semut-semut.  Simpan keranjang di tempat teduh.  Jangan lupa menyapu area bawah keranjang secara berkala supaya tidak banyak semut atau ceceran sekam disekitarnya.
  2. Sampah yang dimasukkan keranjang sebaiknya berupa daun-daunan/sayuran/buah.  Tidak disarankan membuang sisa-sisa protein/tulang/ayam/ikan/daging walaupun beberapa orang mencoba membuangnya di keranjang takakura dengan hasil yang bagus.   Keranjang yang berfungsi baik pembusukan berjalan cepat, tidak berbau, suhunya hangat.  Malahan pada pagi hari kalau keranjang dibuka terlihat keluar uap hangat.    Iris-iris sampah supaya penguraiannya cepat.
  3. Buang sampah organik dapur dibaskom saringan dalam bak cuci piring.  Biarkan sampah terguyur air cucian piring.  Tutup dengan penutup.  Gunanya supaya sampah sayuran tercuci dan telur-telur lalat tercuci untuk mencegah tumbuh belatung di keranjang takakura.
  4. Kalau sampah di baskom saringan sudah penuh baru masukkan ke dalam keranjang takakura.  Tutupi lagi dengan sekam baru beberapa sekop.  Ini membuat pembuangan sampah lebih praktis (misalnya 2 kali sehari).  Prinsip dalam membuat kompos adalah ‘bom organik’ yaitu membuang sampah dalam jumlah besar setiap kalinya, daripada membuang sampah sedikit-sedikit ke dalam keranjang.  Setelah itu guyur sampah dengan air sedikit saja supaya pembusukan terjadi.  Lebih bagus kalau airnya cucian beras atau air manis/gula.
  5. Perhatikan perbandingan sekam/tanah dengan sampah, harus seimbang.  Kalau isi keranjang mulai penuh atau berair masukkan sekam dan tanah yang baru.  Lama kelamaan anda akan bisa mengira-ngira supaya pengomposan terus terjadi.
  6. Kalau proses pengomposan terjadi dengan baik, sisi luar keranjang akan terasa hangat kalau disentuh.  Karena proses pengomposan ini ‘aerob’ atau membutuhkan oksigen, isi keranjang sebaiknya diaduk-aduk dengan sekop tangan setiap hari.
  7. Kalau keranjang sudah penuh (cukup lama, bisa 3-4 bulan tergantung volume sampah anda) biarkan saja keranjang ini dan gunakan keranjang lain untuk membuang sampah anda (jadi buat dua keranjang takakura).   Kompos didalam keranjang pertama lama kelamaan akan mengering dan terperam.  Kalau sudah kering isi keranjang ini bisa dihamparkan disekitar pohon buah anda atau untuk tanaman hias setelah terlebih dahulu dicacah (saya tidak melakukannya, tapi langsung disebar).
  8. Cara lain isi keranjang yang sudah penuh dituang keatas karung plastik.  Sampah yang belum terurai dimasukkan lagi kedalam keranjang.   Sampah yang sudah terurai (kompos) diangin-anginkan diatas karung plastik di tempat teduh sampai mengering (jangan dijemur) kurang lebih seminggu.  Kalau sudah kering bisa disebar di kebun anda.


Selamat mencoba!!

Penulis : Ibu Mita, Penggiat Penghijaun Kota, tinggal di Jakarta.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates