Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Minggu, 26 Agustus 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Ways of Life from Kapuas River (Hikmah Kehidupan dari Sungai Kapuas)

Cas/perahu kecil di Sungai Kapuas Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah (dok. pribadi) 




Sore ini, untuk kesekian kalinya kuletakkan badanku di pinggir dermaga Pelabuhan Sungai Kapuas di Kuala Kapuas. Pelabuhan ini selalu memanggilku untuk mendatanginya. Semilir anginnya yang sejuk. Pemandangan awannya yang indah bak kapas bergulung. Juga suasana tenang alirandi salah satu sungai terbesar di Indonesia ini.

Sore ini, kupandangi riak air Sungai Kapuas dengan lebih lekat. Tampak riak tenang mengiringi soreku yang indah. Air beriak lambat cenderung tenang, setenang hatiku sore ini. Ya, lambat berarti tenang.

Perahu bermesin lalu-lalang melintas. Aku tidak terlalu tertarik melempar pandangan padanya. Aku lebih memilih memandang dalam ke perahu yang dikayuh seorang Bapak paruh baya. Ia mengayuh pelan namun mantap. Lambat memang tapi kulihat hatinya tenang. Ia yakin lambat tak berari lemah. Lambat berarti bersabar dan tenang.

Aku akhirnya melabuhkan pandangan pada perahu besar pengangkut barang.  Kapal tambun ini terus bergerak meski lajunya hanya kurang dari 20 km/jam. Ia harus menunaikan tugasnya mengantar barang ke tempat yang sangat membutuhkannya. Tak peduli ia harus bergerak lambat. Ia tak ambil pusing dengan perlombaan bergegas dari para pengendara kendaraan bermotor di daratan. Sungai telah menjadi jiwa bagi setiap perahu dan pengendalinya.
Kapal Penumpang dan Barang yang menjadi andalan transportasi air  di Kabupaten Kapuas (dok. pribadi)


Dengan makin berkembang pesatnya infrastruktur jalan dan jembatan, tak berarti mobilitas warga melalui Sungai Kapuas berhenti. Karakter masyarakat sungai sudah melekat sejak sungai ini terbentuk entah berapa ribu tahun lalu. Jalan boleh terus dibuat dan diperpanjang. Namun geliat sungai Kapuas tak pernah terhenti.

Aku begitu menyukai karakter masyarakat yang hidupnya sudah menyatu dengan sungai. Mereka setiap hari berjalan dengan kendaraan lambat. Lambat bukan berarti lemah. Lambat justru menjadi ciri masyarakat sungai menyesuaikan dengan ketenangan aliran sungai. Cepat justru akan memperkeruh suasana sungai yang tenang. Lambat bermakna ketenangan bagi budaya masyarakat yang hidup menyatu dengan sungai.

Bandingkan dengan budaya masyarakat yang kini tergantung dengan transporasi darat. Jalan sudah menjadi salah satu tempat tercerabutnya nyawa-nyawa manusia bahkan hewan. Orang di jalanan tak mau berjalan lambat. Semua ingin cepat dan tak ingin dihambat. Ketenangan pun menjadi fenomena langka. Lambat justru dianggap menghambat. Akhirnya banyak umpat-mengumpat di jalanan.

Lambat di sungai tak membuat orang merasa terhambat apalagi mengumpat. Masyarakat sungai sangat paham bahwa mereka takkan bisa berjalan cepat karena memang karakter sungai yang mengharuskan mereka lebih cocok untuk bergerak lambat. Mereka tetap tenang karena pada saatnya mereka juga akan sampai.

Lambat juga berarti kehati-hatian. Jarang ditemukan kasus kecelakaan antar perahu di Sungai Kapuas. Tentu saja kecelakaan sangat sulit ditemukan karena setiap perahu berjalan dengan lambat dan mudah mengantisipasi kejadian yang merugikan.

Lambat juga berarti terkontrol. Sangat sulit bergerak sangat cepat diatas permukaan air. Perahu yang bergerak sangat cepat di permukaan air lebih sulit mengendalikannya daripada di darat. Bila ada perahu yang bergerak sangat cepat, maka riak sungai akan menjelma menjadi gelombang dan ini merugikan perahu yang lain. Perahu yang terhempas gelombang akan sedikit teromban-ambing. Sebaliknya bila perahu melintas lambat, perahu yang berpapasan tidak merasakan riak tinggi yang menghempasnya sehingga tetap dalam kendalil.

Dan lambat juga adalah kesempatan mengambil banyak hikmat. Hikmat berupa renungan akan keindahan alam di sekitar sungai. Bergerak lambat diatas sungai akan benyak waktu menikmati nikmat Tuhan di sepanjang sungai. Nikmat berupa alam yang indah, hidup yang damai dan aliran air yang tenang.

Kota Air ini mengajarkanku untuk senantiasa tenang. Air yang lambat membuat semua terlihat tenang. Perahu yang lambat merambat tanda kesabaran tertambat dan jauh dari umpat-mengumpat seperti kebanyakan warga di tempat lain. Terima kasih,Allah, telah menciptakan Kapuas yang penuh hikmat.

Lestari sungai Kapuas!

Salam lestari!

*catatan ringan penelitian
Kapuas, 9 Juli 2012

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates