Asal kata sejarah itu adalah “Syajarah” yang dalam bahasa Arab berarti pohon. Makna pohon sangat dekat dengan sejarah yang kita pahami selama ini. Pohon memiliki tiga bagian utama yaitu akar, batang dan tajuk. Tajuk terdiri dari kesatuan cabang, ranting dan dedaunan. Tiga bagian pohon tersebut saling berhubungan satu sama lain. Satu bagian terganggu maka akan mengganggu bagian lainnya.
Misalnya, dedaunan terserang hama sehingga banyak daun
menguning atau rontok. Kehidupan pohon dengan dedaunan yang rusak akan
terganggu karena fungsi fotosintesis yang membutuhkan peran daun, tidak
berjalan. Akhirnya, proses pembentukan makanan yang diperlukan pohon untuk
pertumbuhannya tidak berlangsung dan pohon lama kelamaan akan mati.
Begitupula dengan kerusakan atau gangguan pada batang.
Batang pohon yang diserang hama atau penyakit misalnya, akan mengalami
kerusakan bagian penting penyalur makanan dari daun ke seluruh bagian tanaman.
Batang sebagai penyangga berdirinya pohon akan rapuh atau melapuk akibat
serangan penyakit. Akibatnya, penyakit bisa menjalar ke seluruh bagian pohon
sehingga pohon mudah tumbang dan kemudian mati.
Bagian terpenting dari pohon adalah akar. Seringkali
kita melihat batang pohon yang gagah dan kokoh serta tajuk yang menjulang
tinggi tiba-tiba ambruk menimpa permukaan tanah. Ternyata, akar pohon yang tumbang
tersebut sudah rapuh atau melapuk akibat
terserang penyakit. Akar yang lemah dan tak lagi mampu mengikat kuat
dipermukaan tanah akan meruntuhkan pohon yang tadinya berdiri tegak dan kokoh.
Sejarah merupakan urutan peristiwa yang saling
terkait. Satu peristiwa pada masa kini tak lepas dari peristiwa waktu
sebelumnya. Perjalanan seseorang yang mencapai sukses saat ini tidak lepas dari
sejarah masa lalunya. Masa lalu yang menyimpan
kegetiran, kepahitan dan kepedihan merupakan bagian dari proses yang
harus dilalui seorang yang menggapai kesuksesan masa kini.
Karenanya, ada istilah yang sering disebutkan bila
mengaitkan peristiwa saat ini dengan masa lalu yaitu akar sejarah. Ya, sejarah
erat dengan akar yang secara mudah bisa dilihat dari fungsi akar pada pohon.
Akarlah pertama kali tumbuh dan kemudian perlahan-lahan memunculkan tunas dan
menumbuhkan batang. Melalui akar yang makin kokoh, pohon kemudian tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan besar dan memberi banyak manfaat.
Merunut sejarah seseorang atau peristiwa laksana
merenungi keberadaan dan kehidupan pohon. Sejarah manusia yang diberi
kesuksesan di masa lalu selalu menjadi inspirasi bagi manusia masa kini untuk
meniru kesuksesan mereka. Sebaliknya, manusia atau komunitas yang di masa dulu
terkena musibah atau bencana besar menjadi renungan manusia zaman sekarang
untuk tidak mengikuti jejak mereka agar terhidar dari kecelakaan. Dan pada
pohon, sosok pohon yang kokoh berasal dari kuat dan kokohnya akarnya.
Sebaliknya, pohon yang tumbuh dengan kerontang dan kerdil karena akar-akarnya
tidak berfungsi atau bahkan rusak.
Sangatlah perlu kita menyimak Sabda Tuhan dalam kitab
Suci, betapa DIA member kunci-kunci tentang meraih kebahagiaan dan keberhasilan
dengan menggambarkan kejayaan kaum yang pernah ada di masa lalu. Sebaliknya,
Tuhan mengingatkan pada kita bahwa manusia ini akan hancur dan mendapat siksaan
apabila mengikuti jejak dan perilaku bangsa atau kaum yang dulunya pernah
dimusnahkan atau dihukum oleh-Nya. Semua sangat gambalang dan mudah dicerna
apabila kita serius merenungi ayat-ayat yang kit abaca dari kumpulan firman-Nya
di Kitab Suci.
Tuhan membeberkan bagaimana bangsa-bangsa yang dulu
Berjaya karena memiliki tingkat kedekatan yang tinggi pada Tuhan-Nya serta
berkarakter kuat penuh teladan kebaikan. Tuhan juga menghamparkan perjalanan
sejarah kaum-kaum yang durhaka, memperturutkan hawa nafsu dan penuh kesombongan
yang akhirnya menjadi pelajaran berharga untuk tidak dijadikan contoh hidup
bagi manusia kini. Bangsa-bangsa yang tertinggal dan berada pada titik nadir di
zaman kini memiliki karakter yang tak berbeda dengan kisah-kisah abadi dari
kaum-kaum terhina di masa lalu.
Maka DIA selalu mengingatkan manusia, “Renungilah, hai
orang-orang yang berakal!”
0 komentar:
Posting Komentar