|
Hutan Mangrove yang tersisa di Pulau Bira Kepulauan Seribu Jakarta |
Bila kita berkunjung ke pantai, biasanya akan menjumpai hutan dengan pohon-pohon yang tergenang air. Pohon-pohon itu terlihat unik karena akarnya yang muncul di permukaan tanah. Ada akar pohon yang muncul dari batangnya lalu melengkung menghunjam ke tanah yang disebut akar tunjang. Ada pula akar pohon yang menyembul dari tanah seperti bentuk lutut, yang disebut akar lutut. Terdapat pula akar pohon yang muncul dari tanah seperti pasak, yang disebut akar pasak. Kumpulan pohon dengan karakter akar-akar seperti itu disebut sebagai hutan mangrove atau ada yang mengatakan hutan bakau.
Munculnya akar di permukaan tanah adalah salah satu bentuk adaptasi dari pepohonan di hutan mangrove. Mereka perlu bernafas. Dalam kondisi tergenang air dan berlumpur, dimana pertukaran udara dari tanah ke udara tidak memungkinkan, maka akar pohon harus mengejar udara. Mereka, pepohonan di hutan bakau, tidak bisa diam saja di dalam tanah, karena kondisinya berbeda dengan di tanah kering. Mereka tidak bisa bersembunyi di bawah tanah karena tanpa udara mereka akan mati.
Hutan mangrove berdekatan dengan muara sungai, dimana lumpur baik yang subur maupun yang beracun mengendap di sana. Pepohonan mangrove rajin menambat lumpur dan racun dan mengikatnya hingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Maka kita lihat air laut tetap jernih di pesisir pantai yang memiliki hutan mangrove yang masih bagus.
Hutan mangrove juga menahan gelombang besar yang menghantam pesisir hingga warga sekitar merasa aman. Keberadaan pepohonan mangrove, membuat air asin dari laut tertahan cukup disekitar pesisir dan pantai saja. Ini membuat sumur-sumur masyarakat tetap dalam kondisi tawar dan layak dikonsumsi.
Akar-akar mangrove yang muncul ke permukaan dengan berbagai bentuknya tidak hanya berguna bagi dirinya. Akar-akar ini menyediakan ruang bermain, bersembunyi, mencari makan dan bertelur bagi hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan lainnya. Ikan dan hewan laut sangat terbantu dari guguran daun, ranting, bunga dan buah mangrove yang telah membusuk. Plankton, sumber makanan ikan dan hewan laut menjadi subur karena banyak persediaan makanan di sana.
Bakau menjadi pelindung, penyirna bahaya, pelayan dan perjernih. Bakau Sang Pelindung, ia sanggup menghadang ombak yang tinggi dan badai yang ganas, mempertahankan tubuhnya agar pantai tak terkikis dan manusia selamat dari badai dan bahkan tsunami. Ia menghalau badai agar tidak merusak pesisir dan sekitarnya. Ia meredam ombak dan meniadakan bahayanya.
Bakau sang Pelindung, melindungi kejernihan air dari lumpur-lumpur. Ia tak kenal lelah menambat racun agar tidak berbahaya bagi yang lain. Ia siang malam melindungi hewan air agar tetap hidup, tumbuh dan berkemban biak. Ia begitu tulus memberi perlindungan sekaligus pelayanan dengan guguran daun, ranting, bunga dan buah yang jadi sumber makanan.
Bakau Sang Penjernih, rela menangkap kotoran lalu menyerapnya agar lumpur-lumpur tak merusak beningnya laut. Ia menjernihkan agar lumpur dari sungai tak mengganggu asyiknya ikan-ikan bermain dan mencari makan. serta hewan laut mendapat kenyamanan ketika bertelur.
Sungguh indah pelajaran dari pepohonan di hutan bakau atau mangrove. Perbedaan jenis pohon, bentuk batang dan daun serta karakter yang unik dapat menyatu dalam satu tujuan. Akar mangrove yang rela keluar persembunyiannya demi untuk menyediakan perlindungan bagi lingkungan sekitarnya. Akar yang menyembul dari tanah bukan simbol kesombongan, namun lebih pada tuntutan adaptasi dan misi yang lebih besar. Bila kita terus bersembunyi dalam beramal, tentulah sangat terbatas peran dan manfaat yang dapat diberikan. Dengan muncul, tegak dan adaptif, maka eksistensi diri makin kokoh dan karya kita akan membawa dampak manfaat yang lebih luas. Tentu saja menampilkan amal tetap harus dilandasi dengan keikhlasan.
Lingkungan dengan ombak ujian yang besar, angin badai masalah yang tiba-tiba datang dan lumpur cobaan dari diri dan lingkungan luar, seyogyanya dihadapi dengan meningkatkan daya adaptasi tinggi. Akar-akar iman yang makin kokoh akan menopang amal atau karya sehingga melahirkan amal yang melindungi, melayani dan menjernihkan.
Penulis : Achmad Siddik Thoha
Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD
0 komentar:
Posting Komentar