Ilustrasi dokumen Kompasiana.com |
Mark memperagakan gaya mandi cepat dua menit. Mark adalah salah satu Trainer Pria asal Australia yang mengisi Pelatihan Pendidikan Konservasi bagi Guru-Guru Sekolah di Kawasan Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Mark Seolah ingin ‘menyindir’ peserta karena Pelatihan dilaksanakan disebuah penginapan yang diapit oleh sungai besar yaitu Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan dimana orang bebas memakai air tanpa syarat.
Mark melanjutkan kisahnya,
“Di Australia, mobil kotor adalah hal yang biasa. Kami sangat jarang membersihkan mobil dengan air bersih. Tempat cuci mobil diatur airnya agar dapat didaur ulang dan dapat dipakai lagi. Jadi kalau mobil kita sering kelihatan bersih, kita malah dianggap pemboros air.”
Mencuci Mobil membutuhkan air yang banyak (Google Images)
Kembali peserta pelatihan tertawa. Mereka sungguh hampir tak percaya bahwa memakai air untuk mencuci mobil atau kendaraan dianggap pemborosan di Australia. Di lingkungan mereka, daerah Tangkahan, masyarakat dengan mudah memakai air tanpa batas untuk segala keperluan termasuk membuang sampah rumah tangga dan limbah industri kecil. Jangankan mobil, Bus-pun bisa“dimandikan” di pinggir sungai sepuas-puasnya tanpa membayar dan khawatir kekurangan air.
Semua peserta pelatihan manggut-manggut. Saya tidak paham betul, manggut-manggut tanda paham, bingung atau malah merasa aneh.
***
Pengalaman Mark dan Lian menyadarkan saya tentang begitu berharganya air. Di negara yang sangat kurang sumberdya airnya, masyarakatnya memiliki kesadaran yang tinggi untuk menggunakan air dengan bijaksana. Sampai-sampai mereka membatasi air untuk mandi, padahal mandi adalah kebutuhan dasar manusia sehat.
Gaya hidup bisa berubah karena air. Misalnya di Australia, mandi menjadi terbatas dan air bekas mandi pun sangat berharga. Orang Australia juga tidak risih membiarkan mobilnya kotor karena jarang dicuci. Mereka justru menganggap tidak pantas mencuci mobilnya setiap hari dengan air sementara air sangat dibatasi penggunaannya.
Bagaimana di negera kita? Air begitu bebas dipakai. Sebagian besar orang tidak perlu menghemat air untuk mandi karena air begitu melimpah. Jas pencucian motor dan mobil hampir tak pernah sepi, apalagi di musim hujan. Di rumah-rumah mewah juga kita sering saksikan sopir pribadi setiap pagi mencuci mobil dari air kran. Sungguh berbeda dengan gaya hidup orang Australia yang demikian cermat dan hemat dalam memakai air.
Sumberdaya yang berlimpah seringkali melenakan kita untuk membiarkannya tak terkelola dengan baik. Iaakan disadari kalau keadaannya mulai berkurang, rusak atau terancam hilang. Saat ini kelangkaan air bersih mulai terasa. Untuk dapat menikmati air layak minum kita harus merogoh kantong membeli air minum dalam kemasan. Untuk dapat belajar berenang kita perlu menyisihkan waktu dan uang ke kolam renang. Untuk sekedar menikmati sejuk dan jernihnya air kita perlu berlelah-lelah menuju tempat wisata yang jauh.
Air tidak hanya mengubah gaya hidup, namun bisa mengubah hidup kita secara keseluruhan. Air kotor dan sanitasi buruk menjadi penyebab mewabahnya penyakit Diare, Disentri, Thypoid dan penyakit akibat parasit. Di Afrika Tengah 80% penyakit yang timbul disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan air kotor. Usia harapan hidup di negara tersebut sekitar 39 tahun. Sekitar 85% masyarakatnya hidup tanpa air bersih. Mereka terpaksa memanfaatkan air tadah hujan yang kotor dan tidak sehat untuk kebutuhan mereka. Bahkan untuk mendapatkan air seperti itu, ibu-ibu dan anak-anak harus menempuh perjalanan berjam-jam.
Di sebagian daerah di Indonesia juga kita temukan kondisi yang hampir serupa. Masyarakat terpaksa menjadikan sungai yang kotor dan tidak sehat untuk Mandi Cuci kakus (MCK). Mereka tak punya pilihan karena sulitnya akses terhadap air bersih. Air tanah semakin sulit karena berada di bawah permukaan tanah yang sangat dalam. Sumber mata air mengering karena rusaknya hutan sebagai areal tangkapan air dan biaya pembuatan sumur yang sangat mahal. Ketika hujan, air lolos begitu saja tanpa bisa “ditangkap” dan dimanfaatkan.
Air Minum Dalam Kemasan jadi kebutuhan dasar untuk minum masyarakat kota (Google Image)
Jangan menunggu air langka untuk kemudian kita sadar dan berubah. Selagi air masih melimpah kita perlu mengelolanya dengan bijak dan produktif. Memang tak harus kita merubah cara mandi kita dan cara mencuci kendaraan kita. Cukup, jagalah sumber air dengan mempertahankan permukaan tanah yang penuh dengan vegetasi agar air terserap dengan baik ke dalam tanah. Pakailah air dengan hemat agar persediaan air bersih cukup untuk orang lain. Jagalah air jangan tercemar dengan tidak membuang sampah di badan air. Lalu berilah air jalan ke tempat yang seharusnya dengan merawat saluran air dan membuat resapan air di lingkungan kita.
Memperingati Hari Air Sedunia 2012, yang setiap tahunnya diperingati tanggal 22 Maret, yuk kita dukung kampanye “Water and Food Security”, pengelolaan air yang bijak untuk menyelamatkan pangan dunia. Tindakan kecil yang bijak dalam memakai air akan ikut menyelamatkan saudara kita yang lain dari kekurangan air dan pangan.
Salam bijak memakai air!
Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/03/20/refleksi-hari-air-sedunia-2012-2-langka-dulu-baru-sadar/