Sungai Cisadane Di Kota Bogor |
Oleh Tyas Effendi
Tak pernah terlupa olehku tentang keajaiban air yang kutemukan saat itu. Kebaikan air telah membantuku di masa sulit. Saat itu, ketika aku masih menjadi seorang pelajar, aku dan lima orang temanku dari klub Pecinta Alam mengadakan pendakian ke gunung. Entah, aku lupa apa gunung yang kami kunjungi ketika itu. Kisah ini sudah tua memang.
Kami berenam punya keinginan besar untuk sampai di puncak, apa pun yang terjadi. Aku adalah salah satu dari dua orang perempuan dalam kelompok pendaki itu. Empat orang yang lain adalah laki-laki tangguh. Sudah menjadi hukum alam bahwa perempuan selalu menjadi lebih lemah dari laki-laki. Begitupun juga saat itu. Teman perempuanku hampir tidak kuat melanjutkan pendakian.
Keadaan kami saat itu benar-benar buruk. Kami tersesat, tak tahu arah. Persediaan makanan dan minuman kami pun juga habis. Seorang teman perempuanku sakit dan sudah benar-benar tidak bisa melanjutkan perjalanan. Belum lagi, tas kecil yang kami pergunakan untuk menyimpan obat hilang. Kami tersiksa karena kelaparan dan kehausan. Kami makan buah-buahan dari tanaman liar yang kami temukan, tapi tak begitu membantu. Parahnya, kami tidak menemukan jalan menuju sungai. Tanaman liana yang bisa memberikan tetes air pun tidak ada.
Beberapa jam kemudian, hujan deras turun. Kami hampir putus asa karena kehujanan dan kedinginan, tapi di sisi lain senang karena bisa merasakan air. Dahaga kami terbayar sudah.
Seorang teman laki-laki kami melepas bajunya, lalu menggunakannya untuk menyaring air hujan yang keruh itu. Kami menadahinya. Kami tahu benar kalau air itu kotor, bahkan juga tercampur potongan dedaunan kering yang ada di sekeliling kami. Aku membacakan doa singkat dan tulus sambil memegang gelas berisi air hujan itu. Lalu, kami memberikannya pada teman perempuan kami yang demam. Keajaiban terjadi. Hanya dengan meminum segelas air hujan itu, kawan kami akhirnya sembuh walaupun belum begitu kuat berjalan sendiri. Air itu menjadi obat alami yang sangat mujarab hanya dengan dibacakan doa dengan tulus.
***
Sahabat, kata-kata akan menjadi "mantra" yang ampuh jika diucapkan dengan tulus. Kata-kata adalah bahasa yang menjembatani kita dan dunia. Bagaimana dunia bisa mengerti kita jika kita tidak mengekspresikannya? Salah satunya adalah dengan kata-kata. Kata-kata bisa merangkai kehidupan yang kita jalani.
Jika kita mengingat lagi percobaan yang sudah dilakukan oleh Dr. Masaru Emoto, kita akan menemukan keajaiban yang sangat mempesona dari air. Ternyata air bisa merespon apa yang diucapkan manusia. Air tidak sepenuhnya mati.
Ucapan biasa saja sudah direspon baik oleh air dengan menunjukkan gambar kristal indah dibawah mikroskop. Apalagi jika kata-kata yang kita ucapkan adalah doa yang tulus, tentu air juga akan meresponnya dengan kebaikan yang besar.
Air, dari manapun asalnya, jika kita membisikkan padanya kata-kata yang baik, maka ia akan menjadikan kebaikan dari setiap tetesnya. Air, bagaimanapun keadaannya, jika kita membisikkan padanya doa yang tulus, maka ia akan menjadi penyembuh yang mujarab untuk jiwa-jiwa yang sakit.
Sahabat, bisikkanlah selalu doa-doa yang tulus sebelum kita meminum air. Bisikkanlah selalu kata-kata yang indah sebelum kita menjadikannya minuman untuk tanaman kita. Dan karena diri kita sebagian besar tersusun atas zat ini, maka berlakulah baik agar air dalam diri kita juga meresponnya dengan selalu menampilkan aura yang menyenangkan dari diri kita.
Air, anugerah yang tiada akan habis.
-Kisah di atas berdasarkan kisah nyata dari seorang guru Kimia