Oleh : Achmad Siddik Thoha
“Saya mandi hanya bisa dua menit saja. ‘Shower’ sudah diatur hanya mengucur selama dua menit. Lewat dari itu ‘shower’ berhenti secara otomatis. Saat mandi, saya berdiri di dalam ember supaya air tidak tumpah dan terbuang percuma. Air bekas saya mandi bisa saya pakai untuk keperluan lain.”
Peserta pelatihan tersenyum, sebagian malah tertawa melihat ekspresi Mark memperagakan gaya mandi cepat dua menit. Mark adalah salah satu Trainer Pria asal Australia yang mengisi Pelatihan Pendidikan Konservasi bagi Guru-Guru Sekolah di Kawasan Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Agustus 2008. Pelatihan dilaksanakan disebuah penginapan yang diapit oleh sungai besar yaitu Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan di Kawasan Ekowisata terkenal di Sumatera Utara, Tangkahan.
Mark melanjutkan kisahnya,
“Di Australia, mobil kotor adalah hal yang biasa. Kami sangat jarang membersihkan mobil dengan air bersih. Tempat cuci mobil diatur airnya agar dapat didaur ulang dan dapat dipakai lagi. Jadi kalau mobil kita sering kelihatan bersih, kita malah dianggap pemboros air.”
Kembali peserta pelatihan tertawa. Mereka sungguh hampir tak percaya bahwa memakai air untuk mencuci mobil atau kendaraan dianggap pemborosan di Australia. Di lingkungan mereka, daerah Tangkahan, masyarakat dengan mudah memakai air tanpa batas untuk segala keperluan termasuk membuang sampah rumah tangga dan limbah industri kecil. Jangankan mobil, Bus-pun bisa“dimandikan” di pinggir sungai sepuas-puasnya tanpa membayar dan khawatir kekurangan air.
Lian, Trainer lain, wanita asing yang energik rekan Mark, asal Australia menambahkan :
”Pernah pemerintah kami memerintahkan untuk mencabut jenis bunga impor yang ditanam d ipekarangan karena boros air dan diganti denga jenis bunga lokal yang hemat air. Jadi di tempat kami, masalah air sangat serius sehingga kami sangat behati-hati menggunakannya.”
Semua peserta pelatihan manggut-manggut. Saya tidak paham betul, manggut-manggut tanda paham, bingung atau malah merasa aneh.
***
Kita menyadari bahwa sumberdaya air semakin hari semakin berkurang kualitasnya. Jumlah air memang tidak berkurang, namun air yang bisa dimanfaatkan langsung dengan mudah, bebas dan aman sudah sangat sulit ditemui. Ini memang kurang disadari oleh sebagian besar masyrakat di negeri Khatulistiwa. Sumberdaya yang berlimpah seringkali melenakan kita untuk membiarkannya tak terkelola dengan baik. Ia, akan disadari kalau keadaannya mulai berkurang, rusak atau terancam hilang.
Saat ini kelangkaan air bersih mulai terasa. Untuk dapat menikmati air layak minum kita harus merogoh kantong. Untuk dapat belajar berenang kita perlu menyisihkan waktu dan uang ke kolam renang. Untuk sekedar menikmati sejuk dan jernihnya air kita perlu berlelah-lelah menuju tempat wisata yang jauh.
Sahabat, air bisa mengubah hidup kita. Air kotor dan sanitasi buruk menjadi penyebab mewabahnya penyakit Diare, Disentri, Thypoid dan penyakit akibat parasit. Di Afrika Tengah 80% penyakit yang timbul disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan air kotor. Usia harapan hidup di negara tersebut sekitar 39 tahun. Sekitar 85% masyarakatnya hidup tanpa air bersih. Mereka terpaksa memanfaatkan air tadah hujan yang kotor dan tidak sehat untuk kebutuhan mereka. Bahkan untuk mendapatkan air seperti itu, ibu-ibu dan anak-anak harus menempuh perjalanan berjam-jam.
Di sebagian daerah di Indonesia juga kita temukan kondisi yang hampir serupa. Masyarakat terpaksa menjadikan sungai yang kotor dan tidak sehat untuk Mandi Cuci kakus (MCK). Mereka tak punya pilihan karena sulitnya akses terhadap air bersih. Air tanah semakin sulit karena berada di bawah tanah yang sangat dalam. Sumber mata air mengering karena rusaknya hutan sebagai areal tangkapan air dan biaya pembuatan sumur yang sangat mahal. Ketika hujan, air lolos begitu saja tanpa bisa “ditangkap” dan dimanfaatkan.
Sahabat, air adalah amanah-Nya untuk kita kelola dengan baik. Melestarikan air adalah salah satu bentuk kita melaksanakan amanah-Nya. Dunia ini takkan indah tanpa air jernih, sejuk dan mengalir. Dunia ini sangat menakutkan bila kita hidup dalam cekaman kelangkaan air, banjir dan kungkungan air kotor. Bukankah surga dihiasi oleh sungai mengalir yang tak terbayang keindahannya. Tidakkah kita ingin menghuni tempat terindah yang dihadiahkan oleh-Nya kelak.
Sahabat, mari kita lestarikan air dengan kemampuan yang kita miiki. Tindakan kecil seperti menanam pohon di halaman dan merawatnya, membuat sumur resapan, menghemat pemakaian air, tidak membuang sampah di perairan serta membersihkan saluran air bisa kita lakukan.