Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Rabu, 04 Desember 2013

Rabu, 04 Desember 2013

Wisata Edukasi : Belajar dari Pohon Raksasa Sampai Bertemu Ibu Negara dan Tamu Negara

Wisata Edukasi Bersama Anak-anak LKF di Kebun raya Bogor Juli 2013

Pagi itu hujan masih menetes dari langit setelah kemarin langit Bogor menumpahkan airnya seharian. Udara begitu dingin. Kondisi badan saya juga tidak begitu sehat pagi itu.

Alhamdulillah, menjelang pukul 07.00 hujan reda. Saya segera berangkat karena anak-anak binaan Komunitas Pohon Inspirasi sudah menunggu. Mereka sejak sepekan kemarin sudah sibuk menantikan liburan bersama sebelum berakhirnya masa liburan dan menjelang Ramadhan.

Benar, anak-anak sudah masuk angkot masing-masing. Sebanyak dua angkot penuh terisi anak-anak yang sebagian besar dluafa dan yatim piatu. Mereka berasal dari Kampung Rawajaha dan Kampung Jawa Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Sejak 4 bulan terakhir mereka aktif mengikuti program pendidikan lingkungan  yang dibina oleh Komunitas Pohon Inspirasi dan EEC (Enterpreuner and Environment Course) LATIN Situgede Kota Bogor.

Mereka demkian riang ketika angkot sewaan bergerak meninggalkan kantor LSM LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia) menuju Kebun Raya Bogor (KRB). Keriangan anak-anak semakin menyeruak ketika kami sudah masuk ke KRB dan berkumpul di bawah Pohon Kempas (Koompassia malaccensis).  Nama latin pohon ini hampir sama dengan blog sosial terbesar favorit saya Kompasiana. Apakah filosofi Kompasiana juga meniru kehidupan Pohon Kempas? Bisa jadi, toh Kompasiana memang sebuah “Pohon Raksasa” dari ide, gagasan, liputan dan karya tulisan yang sangat dominan, member banyak manfaat dan menarik banyak orang untuk berkarya  didalamnya, seperti Pohon Kempas.

Saya menerangkan bahwa pohon ini sangat indah dengan banir (akar papan) yang menjalar luas di permukaan tanah seperti papan. Kempas yang berbentuk raksasa memerlukan banir untuk menopang badannya yang tinggi dan lebar serta memperluas pencarian air dan makanan.  Kempas begitu dominan menguasai udara dan tanah di lahan tempat ia tumbuh.

Pohon Kempas di habitat aslinya di hutan alam, seringkali menjadi pohon penghasil  madu. Pohon Kempas disukai oleh lebah hutan membuat sarang. Sarang lebah hutan inilah yang dipanen madunya oleh masyarakat pencari madu.

Usai berinteraksi dengan Pohon Kempas, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi lain. Tibalah kami di prasasti yang berisi tentang Sejarah KRB. KRB ini didirikan sejak 17 Mei 1817 oleh Prof. Dr. CGC Reinwardt, botanis asal Jerman. Dengan areal seluas 87 Hektar, KRB saat ini menjadi induk bagi tempat konservasi tumbuhan tropis ex-situ terbesar di Indonesia.

Tempat berikutnya kunjungan kami adalah Museum Zoologi. Sejak dua tahun terakhir, pengunjung KRB bisa sekligus mengunjungi Museum Zoologi Bogor gratis karena memang lokasi museum berada di dalam KRB.  Di Museum ini anak-anak sangat antusias mengamati hewan-hewan yang sudah diawetkan yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia baik dari daratan maupun lautan. Sampai-sampai, tulang dan ekor Ikan hiu dengan panjang 14 meter dipamerkan disini. Hewan-hewan kecil seperti serangga dan kupu-kupu juga dipamerkan di museum ini. Anak-anak bisa tebuka pengetahuannya terkait kekayaan satwa yang hidup di Indonesia.

Hari ini, umat, 5 Juli 2013, KRB demikian banyak aparat keamanan dari polisi dan tentara lalu lalang. Susana ini memang agak membatasi pengunjung karena banyak tempat dilarang dilewati oleh wisatawan. Setelah saya bertanya pada salah satu staf KRB ternyata ada kunjungan Ibu Presiden, Ibu Ani Yudhoyono  mendampingi istri Perdana Menteri Australia. Memang hari ini ada kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Australia Kevin Ruud ke Istana Bogor. SBY dan Ruud sibuk di Istana Bogor, Ibu Ani dan Ibu Ruud  berkeliling dan menanam pohon di KRB. Namun secara umum pengunjung KRB tidak terlalu terganggu karena meski terbatas, aktivitas wisatwan di KRB berlangsung normal

Sempat terjadi teriakan spontan dari anak-anak yang saya damping saat rombongan Ibu Ani dan Ibu Ruud melintas di Taman Astrid, dekat lapangan rumput luas. Ibu Ani dan para pengawal kepresidenan melintas pelan dan saya mengatakan pada anak-anak bahwa itu Ibu SBY. Benar, ternyata Ibu Ani melambaikan tangan pada kami

“Ibu.....Ibu....”teriak anak-anak yang saya dampingi.

Ibu Ani dan Ibu Ruud juga membalas teriakan anak-anak dengan lambaian tangan. Saya mencoba mengambil gambar rombongan kepresidenan dan tamu Negara ini dari jarak jauh. Tak menyangka kami bisa bertemu Ibu Presiden dan Tamu Negara di tempat ramai ini.

Kami melanjutkan acara dengan memainkan game ringan yang ceria. Anak-anak memang tak ada matinya. Mereka bahkan’ ngagulitik’ (berguling-guling di lapangan rumput) kesana kemari. Berlari-lari, kejar-kejaran, bermain bola dan lompat-lompatan di area lapangan rumput dekat Kafe Dedaunan menghiasai keceriaan anak-anak.

Di akhir acara kami memberikan hadiah-hadiah atas prestasi anak-anak di sekolah dan di program pendidikan lingkungan. Banyak hadiah yang diberikan pada mereka. Tak ada lagi wajah sedih dan muram. Semua memegang hadiah yang dititipkan para dermawan kepada kami. Para dermawan inilah yang bereran penting mendukung acara kami hingga sebanyak 27 orang bisa menikmati kebaikan mereka.

Cucurak, makan bersama dan merekat kebersamaan menjelang bulan Ramadhan mengakhiri acara wisata kami. Kami pun menikmati nasi bungkus dengan lahap.

Saya sendiri merasakan kesegaran fisik dan batin mendampingi anak-anak ini. Awalnya saya sempat ragu dengan niat mengajak anak-anak dluafa dan yatim liburan bersama karena secara pribadi tidak kelebihan uang. NamunAllah memberikan kemudahan dengan dibukakan hati para dermawan membantu  sehingga acara ini terlaksana. Saya pun merasakan kebahagiaan tak terkira melihat anak-anak merasa senang. Mereka akhirnya bisa juga menikmati hak mereka sebagai anak yang menikmati liburan bermanfaat, sama seperti anak-anak lain.

Semoga rasa senang mereka menambah semangat untuk masuk sekolah kembali dan menggapai prestasi lebih baik. Amin.


Salam sukses berbagi!

Gini-gini Gua Punya Hutan

Presentasi salah satu peserta lomba esai mahasiswa S1 Se Indonesia Kehutanan Indonesia Baru 28 September 2013 (dok. pribadi)


Judul di atas saya ambil dari cuplikan tulisan salah satu peserta Lomba Menulis Esai Mahasiswa S1 Se Indonesia bertema Kehutanan Indonesia Baru  Keterlenaan Masa Lalu, Fakta Masa Kini dan Harapan Masa Depan. Ungkapan menarik ini justru keluar dari peserta lomba yang bukan berasal dari mahasiswa kehutanan, melainkan dari mahasiswa jurusan perikanan. Saya yang menjadi salah satu Juri lomba menulis esai ini mendapat kejutan dengan ungkapan tersebut.


Memang bila melihat dunia kehutanan, terlintas bayangan rusak parahnya hutan di Indonesia. Kebakaran hutan, penebangan liar, perambahan hutan, aktivitas tambang di kawasan hutan dan konversi hutan ke penggunaan lain merupakan beberapa penyebab yang membuat kabar tentang hutan Indonesia tidak menggembirakan. Bahkan beberapa waktu lalu, artis kondang Amerika, Harrison Ford sangat gusar setelah melihat fakta rusak parahnya kawasan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau.


Fakta lain yang terungkap dalam presentasi esai dari para peserta yang berasal dari IPB dan UGM ini yaitu korupsi serta keengganan pejabat dan politisi menjadikan isu kehutanan menjadi agenda politik. Seorang peserta dengan bahasa lugas dalam esainya merilis data dari Kompas bahwa Korupsi Bidang Kehutanan mencapai 273 T (baca disini). Ditambah lagi tak kunjung berhentinya kejadian-kejadian yang merusak fungsi dan keberadaan hutan seperti Kebakaran Hutan di Riau, alih fungsi lahan menjadi areal yang rawan bencana,

Kegusaran banyak pihak akan makin menyusutnya hutan Indonesia dan fakta yang memprihatinkan tentang kondisi hutan Indonesia bukan berarti membuat generasi muda pesimis. Para pemuda yang diwakili oleh 14 peserta lomba menulis esai ini memberikan terobosan-terobosan pemikiriran kritis, tajam dan solutif. Tak hanya berkutat pada korupsi semata, masalah kebijakan, salah urus negara, hingga krisis karakter rimbawan (orang yang memiliki pemahaman dan aktivitas terkait pembangunan dan pelestarian hutan) dikupas dari kaca mata yang jernih sebagai mahasiswa.

Disisi lain solusi-solusi revolusioner dan solusi konkrit juga muncul untuk mengubah masa lalu yang kelam dan membalikkan fakta yang memprihatinkan menuju masa depan kehutanan yang baru dan cerah. Solusi berani yang diungkapkan oleh salah satu peserta salah satunya adalah ”Hukuman Mati”. Hukuman Mati memang menjadi sebuah pemikiran yang perlu dikaji karena beberapa kasus pengrusakan hutan telah menjadi penyebab bencana lingkungan yang menewaskan banyak orang seperti Banjir Bandang dan Longsor di beberapa tempat di Indonesia.

Solusi cerdas sebagai jalan keluar dari belitan masalah dunia kehutanan juga diungkap dalam tulisan mahasiswa yang berasal dari IPB dan UGM. Pengembangan Ekowisata Apikultur di Daerah Hulu, Pembangunan Hutan untuk mengurangi emisi karbon, pembenahan karakter rimbawan, mobilisasi peran komunikator kehutanan di kalangan mahasiswa dan investasi hutan. Semua peserta sepakat bahwa bidang Kehutanan harus maju dan kembali meraih kejayaannya seperti di era tahun 1967-1998 sebagai Rising Sector-nya Indonesia.

Akhirnya ungkapan kalangan mahasiswa S1 dari dua perguruan tinggi ternama yang bangga menjadi pelestari hutan berharap nanti banyak pemuda-pemudi memakai kaos bertuliskan, “Gini-gini Gua Punya Hutan!” akan menjadi kenyataan. Kita berharap pemimpin dan generasi tua yang menjadi pejabat khususnya yang memegang wewenang di bidang kehutanan bisa menjadi pendorong bagi munculnya kembali kebanggaan generasi muda Indonesia akan hutannya. Dengan demikian Kehutanan Indonesia Baru bukan sebuah wacana dan uthopia namun sebuah harapan besar yang didukung semua elemen bangsa.

Salam lestari!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates