Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Selasa, 05 Maret 2013

Selasa, 05 Maret 2013

Nasehat dari Air



Duduk terpaku di tepian sungai. Mematung diri dengan pandangan terarah tajam pada riak air. Sesekali ia melentingkan tangannya melesatkan sekeping batu dari telapak tangannya. Ya, itulah yang dilakukan Andi setiap hari.  Semenjak diberhentikan dari tempat kerjanya dan pernikahannya gagal, Andi membuat dirinya menyiksa diri dalam kesendirian dan menyepi di tepi sungai.

Ayah Andi hampir tak bisa membujuknya untuk berhenti membuang-buang waktu seperti itu. Setiap kali dinasehati, Andi selalu menjawab,

“Biarkan Andi menyatu dengan alam, Ayah. Ayah juga tak bisa memberikan solusi buatku.” Jawab Andi dengan muka sinis. Sebuah perlakuan yang tak pantas diperlihatkan kepada orang tuanya.

“Andi, kalau nasehat Ayah tak kau hiraukan lagi, lalu apa yang kau dapat dengan mematung diri setiap hari disini?”

“Biarlah aku mencariya sendiri, Ayah. Maafkan aku.”

“Baiklah, semoga air sungai itu memberimu sebuah nasehat. Kau akan mendapatkannya bila kau membuka pikiran, berdiri dan melangkahkan kakimu, bergerak seperti air. Air sungai itu tak pernah berhenti sedetik pun bergerak.”

Setelah ayahnya menjauh dari dirinya, Andi merasakan ada energi baru menemukan celah-celah solusi dari keterpurukan hidupnya. Ia beranjak dari tempatnya mematung. Dilangkahkan kakinya ke pinggiran sungai yang menurun menuju ke percabangan sungai yang tak jauh dari tempatnya duduk. Ia melihat riak air semakin besar di salah satu cabang sungai . Di tempat yang dangkal dan terlihat dasar sungainya terlihat beberapa batu bergerak meluncur bersama air. Air yang melintas di sungai yang mengecil dan dangkal memiliki kekuatan lebih dibandingkan dengan air di sungai yang lebar dan dalam.

Air di percabangan sungai itu terlihat lebih jernih dan dasar sungainya nampak jelas. Air yang cukup deras ini menjernihkan air dari lumpur-lumpur yang dibawa dari hulu sungai. Batu-batu kecil pun ikut berpindah menggelinding pelan namun pasti di dasar sungai.  Terkadang batu yang lebih besar juga bergeser sedikit akibat dorongan arus yang lebih bertenaga dibandingkan di tempat dia mematung sejak sepekan lalu.

“Aku tahu sekarang. Tak sepatutnya aku berdiam diri dengan beban hidup yang menghimpitku. Tak seharusnya aku menghentikan langkah dan berhenti berpikir. Pasti ada celah dan kekuatan baru bila aku bergerak. Pasti ada jalan keluar yang lebih jernih dan tambahan energi semangat bila aku melakukan sesuatu. Ya, sungai ini telah memberiku petunjuk. Aku perlu orang lain untuk menambah energi bangkit seperti air sungai ini yang mampu menggeser batu di dasar sungai” Kata Andi di dalam hatinya.”

“Air ini…sungguh membuat pikiran dan hatiku semakin bening.” Andi membasuh mukanya dengan air sungai yang jernih itu.

Andi pun memutuskan pulang untuk menemui Ayahnya. Ia merasa berdosa sudah mengabaikan orang tuanya. Sebelum ini ia merasa hidupnya adalah urusannya sendiri, padahal tak seoarang pun yang mampu hidup sendiri. Ia merasa telah membuang-buang waktu dengan keegoisan dirinya yang kemudian jatuh pada kotak keputusasaan. Ternyata putus asa itulah tabir yang bisa memisahkan dirinya dengan solusi dan kesuksesan.

“Ayaaaah…Andi minta maaf.” Air bening menetes pelan dari dua sudut mata Andi.

Jalan lain itu selalu ada dan terhampar di depan kita. Itu bisa dan niscaya bisa mengalihkan segala kebuntuan. Kita hanya perlu rajin menemukannya. Dan nasehat air membuka jalan buntu itu.
*Tulisan menyambut Hari Air Sedunia 22 Maret 2013 (Tahun Kerjasama Air Internasional)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates