Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Senin, 02 April 2012

Senin, 02 April 2012

Mandi Hujan Itu Menyenangkan dan Bermanfaat, Loh!



“Horee hujaaaan” teriak anak-anak saya.

Mereka serentak masuk ke dapur. Bukan menghindar hujan, tapi bersiap-siap bermain-main dengan hujan alias mandi hujan. Anak saya yang paling kecil, Aisyah, 3 tahun, bersama teman sebayanya, Naila, tanpa peralatan apapun langsung menembus hujan dengan riangnya. Aisyah dan Naila melompat-lompat, dan menari menikmati guyuran air hujan.

Beda Aisyah beda pula kakaknya. Nuha, anak pertama saya, hanya berani berhujan ria dengan payung, tapi ia tetap menikmati hujan deras dengan senang. Sementara Muthi dan Faruq, anak kedua dan ketiga saya, merasa nyaman diguyur hujan dengan memakai mantel hujan. Mereka berlima larut dalam guyuran hujan, berbecek ria, ciprat-cipratan, berlari-larian dan berlompat-lompatan. Hujan adalah ‘sahabat’ bermain yang sangat menyenangkan bagi mereka.

Hujan sudah mereda. Anak-anak saya masuk rumah dan segera mandi. Setelah mandi dan ganti baju, mereka kembali “ngacir” keluar untuk bermain-main. Anak-anak memang “tak ada matinya” kalau sudah urusan bermain-main.

Di Bogor, hujan bukan menjadi sesuatu yang asing. Hampir setiap hari turun hujan. Hujan deras tak lagi menjadi penghalang masyarakat untuk beraktifitas. Tapi tidak banyak orang gembira dengan turunnya hujan. Ada sebagian orang yang mengeluh, membatalkan acara dan bahkan menyalahkan hujan. Tidak begitu dengan anak-anak saya. Mereka justru sangat gembira ketika hujan. Mandi hujan adalah wujud kegembiraan mereka menyambut hujan.
Saya merasa senang sore ini setelah menyaksikan anak-anak bermain hujan. Kebiasaan bermain saya waktu kecil akhirnya bisa saya “turunkan” pada anak-anak saya. Saya tidak terlalu khawatir dengan ancaman tercenarnya air hujan, petir dan sakit setelah mandi hujan. Ketika saya menginzinkan mereka tentu ancaman tersebut sudah saya pertimbangkan. Rumah saya di perkampungan yang tidak banyak lalu lalang kendaraan dan banyak pohon. Faktanya, berkali-kali anak saya mandi hujan, Alhamdulillah mereka tidak sakit.

Saya mencoba menarik hikmah dengan suasana mandi hujan anak-anak saya. Apa hikmah mandi hujan sore ini bagi saya, anak-anak saya atau buat kita?
  1. Anak-anak tak pernah mengeluhkan cuaca yang buat sebagian orang tua menjadi penghambat dan masalah. Mereka menjadikan hujan sebagai “sahabat” yang menyenangkan untuk bermain. Turun hujan adalah saat mereka bersyukur karena belum tentu akan dating kesempatan main hujan kembali.

  2. Dengan mandi hujan, anak-anak berusaha melakukan adaptasi terhadap lingkungan bukan menghindarinya. Bagi anak-anak yang sering mandi hujan, tubuhnya akan terbiasa dan mereka memiliki daya tahan yang lebih dalam menghadapi lingkungan khususnya cuaca.

  3. Anak-anak menjadi lebih kreatif dan aktif ketika senang dengan hujan. Saat mandi hujan, mereka bisa berekpresi bebas, melompat, berbecek ria, menari, berteriak dan berlari meluapkan kebebasan. Mereka bisa melupakan sejenak aktifitas permainan yang membuat tubuh malas bergerak seperti menonton atau main game.

  4. Setelah mandi hujan, mereka terbiasa untuk segera mandi. Ini berguna agar anak-anak bisa memahami makna keseimbangan antara bermain dan kewajiban menjaga diri agar tetap sehat.
Saya mendapat pelajaran berharga dari peristiwa mandi sore anak-anak saya. Saya harus bisa menikmati sesuatu yang diberikan-Nya dengan syukur, beradaptasi dan menjadikannya sebagai “sahabat” dalam hidup. Anak-anak saya juga memberi pesan pada saya untuk tidak banyak mengeluh pada tantangan, bersikap seimbang dan mengambil manfaat dari setiap peristiwa.

Terima kasih anak-anak!

Minggu, 01 April 2012

Minggu, 01 April 2012

Membuat Kompos Sendiri di Rumah


Keranjang Takakura adalah keranjang pembuat kompos (komposter) yang sangat ringkas dan praktis.  Sesuai dengan namanya keranjang ini merupakan buah pemikiran pak Koji Takakura dari Jepang.

Sebetulnya kit keranjang Takakura ini pernah saya beli di kantor RW lingkungan saya, sudah satu set: keranjang dengan tutupnya dan kain penutup, dua buah bantal sekam, satu sekop tangan, sekam dengan bio starternya.  Sesudah dipakai beberapa kali bantal sekam kelihatannya membusuk dan ada binatang-binatang (!) didalamnya jadi saya memutuskan untuk meremajakan keranjang ini.
Yang akan kita buat sekarang ini adalah keranjang Takakura versi yang sangat mudah.

Barang-barang yang musti disiapkan:

1. Keranjang laundry dengan tutupnya 1 buah.  Harganya kurang lebih Rp 80.000



2. Kantung jaring untuk penutup nasi (bisa dibeli di tukang kelontong di pasar tradisional) 2 buah @Rp 5.000

3. Sekam 4 kantung (beli di tukang tanaman) Rp 10.000
4. Kardus aqua (gratis atau beli kardus bekas Rp 1.500 di warung).
5. Benang dan jarum untuk menjahit bantal sekam.
6. Kain penutup keranjang (buat sendiri yah..)


Cara membuatnya:
1. Kardus aqua diplester tegak ke empat sisi bawahnya, sedangkan sisi atasnya dipotong sedikit supaya tingginya pas dengan keranjangnya.



2. Kantung jaring diisi dengan sekam lalu dijahit sisi atasnya supaya sekamnya tidak keluar.  Jahit dengan gaya bebas semampunya anda OK??  Bentuk akhir mirip bantal sekam, lebih padat lebih bagus.  Buat dua buah.

3. Kardus aqua ddimasukkan kedalam keranjang.  Tekan-tekan supaya masuk dan pas sehingga keranjang bisa ditutup.  Masukkan satu buah bantal sekam didasar keranjang.  Ini gunanya supaya cairan sampah dan kompos tidak merembes.
4. Tuang sekam 1 kantung kedalam keranjang.  Masukkan tanah satu sekop tangan dari halaman anda sebagai bio starter.  Tutup dengan bantal sekam yang satu lagi.
5. Simpan satu kantung sekam dalam wadah dan simpan dekat keranjang ini.  Sekam ini untuk menutup sampah yang baru anda masukkan kedalam keranjang.  Sekam ini juga ditambahkan kalau isi keranjang terlalu basah.
6. Keranjang takakura anda sudah siap untuk menerima sampah organik!!



Tips:
  1. Keranjang ini cocok untuk keluarga kecil atau anak kost/single.  Keranjang malahan bisa disimpan dalam kamar kost, walaupun saya tidak sarankan karena kadang keranjang didatangi semut-semut.  Simpan keranjang di tempat teduh.  Jangan lupa menyapu area bawah keranjang secara berkala supaya tidak banyak semut atau ceceran sekam disekitarnya.
  2. Sampah yang dimasukkan keranjang sebaiknya berupa daun-daunan/sayuran/buah.  Tidak disarankan membuang sisa-sisa protein/tulang/ayam/ikan/daging walaupun beberapa orang mencoba membuangnya di keranjang takakura dengan hasil yang bagus.   Keranjang yang berfungsi baik pembusukan berjalan cepat, tidak berbau, suhunya hangat.  Malahan pada pagi hari kalau keranjang dibuka terlihat keluar uap hangat.    Iris-iris sampah supaya penguraiannya cepat.
  3. Buang sampah organik dapur dibaskom saringan dalam bak cuci piring.  Biarkan sampah terguyur air cucian piring.  Tutup dengan penutup.  Gunanya supaya sampah sayuran tercuci dan telur-telur lalat tercuci untuk mencegah tumbuh belatung di keranjang takakura.
  4. Kalau sampah di baskom saringan sudah penuh baru masukkan ke dalam keranjang takakura.  Tutupi lagi dengan sekam baru beberapa sekop.  Ini membuat pembuangan sampah lebih praktis (misalnya 2 kali sehari).  Prinsip dalam membuat kompos adalah ‘bom organik’ yaitu membuang sampah dalam jumlah besar setiap kalinya, daripada membuang sampah sedikit-sedikit ke dalam keranjang.  Setelah itu guyur sampah dengan air sedikit saja supaya pembusukan terjadi.  Lebih bagus kalau airnya cucian beras atau air manis/gula.
  5. Perhatikan perbandingan sekam/tanah dengan sampah, harus seimbang.  Kalau isi keranjang mulai penuh atau berair masukkan sekam dan tanah yang baru.  Lama kelamaan anda akan bisa mengira-ngira supaya pengomposan terus terjadi.
  6. Kalau proses pengomposan terjadi dengan baik, sisi luar keranjang akan terasa hangat kalau disentuh.  Karena proses pengomposan ini ‘aerob’ atau membutuhkan oksigen, isi keranjang sebaiknya diaduk-aduk dengan sekop tangan setiap hari.
  7. Kalau keranjang sudah penuh (cukup lama, bisa 3-4 bulan tergantung volume sampah anda) biarkan saja keranjang ini dan gunakan keranjang lain untuk membuang sampah anda (jadi buat dua keranjang takakura).   Kompos didalam keranjang pertama lama kelamaan akan mengering dan terperam.  Kalau sudah kering isi keranjang ini bisa dihamparkan disekitar pohon buah anda atau untuk tanaman hias setelah terlebih dahulu dicacah (saya tidak melakukannya, tapi langsung disebar).
  8. Cara lain isi keranjang yang sudah penuh dituang keatas karung plastik.  Sampah yang belum terurai dimasukkan lagi kedalam keranjang.   Sampah yang sudah terurai (kompos) diangin-anginkan diatas karung plastik di tempat teduh sampai mengering (jangan dijemur) kurang lebih seminggu.  Kalau sudah kering bisa disebar di kebun anda.


Selamat mencoba!!

Penulis : Ibu Mita, Penggiat Penghijaun Kota, tinggal di Jakarta.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates