Apa Kabar Sahabat POHON INSPIRASI

Blog Berbagi Cinta dan Inspirasi untuk Alam

Minggu, 26 Agustus 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Kearifan Lokal Masyarakat Kalimantan dalam Memprediksi Musim Kemarau

“Bila kami terlambat membakar lahan, maka kami tidak bisa menanam padi sepanjang tahun”

Kalimantan selain sebagai pulau yang kaya akan sumberdaya alam juga kaya dengan pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal yang berasal dari suku-suku asli yang berdiam di Kalimantan sampai saat ini terus dipertahankan. Pengetahuan lokal atau local knowledge dalam mengelola sumberdaya alam dan berinterkasi dengan alam dilakukan secara arif dan ramah lingkungan. Sebagian pakar sosial menyebutnya dengan kearifan lokal (local indigenous)

Salah satu bentuk kearifan lokal suku-suku di Kalimantan adalah bagaimana mereka memprediksi datangnya musim kemarau. Musim kemarau sangat ditunggu kehadirannya bagi suku asli karena akan menentukan kapan mereka bisa membuka lahan untuk kegiatan pertanian. Bagi masyarakat tradisional, model pertanian yang dipraktekkan adalah sistem perladangan yang mengandalkan curah hujan untuk kebutuhan air bagi tanaman. Jenis tanaman perladangan yang ditanam umumnya adalah padi ladang atau padi tadah hujan. Padi ini merupakan padi jenis lokal yang bisa dipanen secepatnya 6 bulan dan selambatnya 9 bulan dalam setiap musim tanam..

Dalam perladangan, prediksi yang tepat akan datangnya musim kemarau akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman pertanian. Bila petani ladang terlambat mengetahui musim kemarau, maka ladang yang dibuka dengan sistem tebas bakar (slash and burning) akan mengalami kegagalan. Seperti yang diungkapkan warga Kapuas Kalimantan Tengan (Kalteng) kepada saya dalam sebuah wawancara,

“Bila kami terlambat membakar lahan, maka kami tidak bisa menanam padi sepanjang tahun”

“Mengapa bisa tidak menanam?” tanya saya kembali

“Bila terlambat membakar sedangkan musim kemarau sudah lewat, maka hasilnya tidak bagus dan nanti yang tumbuh justru rumput. Padi kami akan kalah bersaing tumbuhnya dengan rumput” jawab warga lokal tersebut.

Lahan yang akan ditanami padi ladang haruslah bersih dan ini membutuhkan kondisi musim kemarau yang tepat. Hasil pembakaran yang dilakukan di musim kemarau akan menghasilkan pembakaran sempurna. Pembakaran yang sempurna tidak menyisakan tumbuhan bawah yang tumbuh di ladang sehingga ladang dengan mudah ditabur benih. Benih yang tumbuh di lahan yang bersih dari tumbuhan lain akan tumbuh dengan kualitas terbaik. Disamping itu, abu hasil pembakaran limbah penebasan dan penebangan, akan menambah nutrisi tanah sehingga kesuburannya meningkat.

Beberapa kearifan lokal Kalimantan tentang bagaimana masyarakat memprediksi datangnya musim kemarau adalah sebagai berikut :

1. Beje (Kolam Perangkap Ikan) Sudah surut

Beje (kolam tradisiional)  yang sudah jadi
Di beberapa lokasi di Kalimantan, warga lokal memiliki cara menangkap ikan secara tradisional yang dinamakan Beje. Beje adalah sebuah kolam yang airnya berasal dari sungai. Ukuran Beje bervariasi dari seluas 10 m2 hingga 1000 m2 atau lebih. Pada saat musim hujan, air sungai meluap dan memenuhi lubang atau kolam Beje. Ikan-ikan dari sungai pun turut masuk ke Beje bersama aliran air. Ketika air sungai surut sehinngga tidak ada supplai air ke Beje. Beje pun ikut surut sehingga ikan terperangkap di Beje tidak bisa kembali ke Sungai. Dengan mudah para pemilik Beje menangkapi ikan yang terjebak. Pada musim orang menangkap atau memanen ikan dari Beje itulah saat kemarau tiba.

2. Ikan banyak turun ke muara sungai.
Ketika musim hujan, air di hulu dan hilir sungai tersedia melimpah. Sebaliknya ketika hujan mulai berkurang aliran sungai di hulu sungai mulai surut. Itulah saatnya ikan-ikan mencari tempat untuk bisa tetap bertahan hidup. Maka, bila saat kemarau tiba, ikan-ikan bergerak ke muara karena di sungai muara masih cukup air.

3. Ikan Sepat Layang Menggumpal di Udara.
 Fenomena ini tidak banyak diperhatikan banyak orang. Saya pun penasaran untuk melihatnya langsung. Fenomena banyaknya Ikan Sepat Layang menggumpal di udara ketika musim kemarau tiba diungkapkan oleh Pak Nau Don Yusias, salah satu pemuka Adat Suku Dayak yang menjadi Wakil Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Propinsi Kalimantan Tengah. Pernyataan dari Pak Don ini saya percayai dan saya yakini sebagai fenomena alam yang logis, karena ikan Sepat layang akan mencari tempat yang banyak airnya untuk melanjutkan hidupnya.

Ikan Sepat layang

4. Rontoknya daun-daun pepohonan.
Ini sebuah fenomena umun yang mudah dikenali banyak orang namun seringkali luput dari perhatian. Tidak begitu halnya dengan petani. Mereka begitu memperhatikan fenomena alam karena alam memberi sinyal apa adanya. Ketika banyak pepohonan merontokkan tanamannya maka musim kemarau sudah tiba. Pohon-pohon karet dan Pohon Pantung bahkan hanya menyisakan cabang dan rantingnya saja di musim kemarau.

Pohon Pantung atau Jelutung

Masyarakat tradisional meyakini bahwa prediksi mereka sangat tepat dan tak pernah meleset. Ketika saya konfirmasi pada salah satu Kepala Desa di Kecamatan Mantangai Kapuas tentang akurasi prediksi cuaca masyarakat lokal dibandingkan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, dia menjawab,

“Prediksi hampir sama, Pak. Tapi saya lebih meyakini prediksi cuaca dari pengetahuan lokal, karena sudah terbukti tak pernah meleset.

Dari berbagai prediksi cuaca berdasarkan kearifan lokal masyarakat tradisional Kalimantan maka musim kemarau secara periodik terjadi mulai bulan Juli dan puncaknya Bulan September setiap tahun. Mulai bulan Oktober hujan mulai turun dan masyarakat petani mulai menanam benih dan bibit-bibitnya.

Meski tidak ada data parameter cuaca dan iklim dari masyarakat tradisional tentang prediksi musim kemarau, namun fenomena alam tak pernah bohong. Alam menampilkan gejala-gejala cuaca apa adanya. Hanya manusia yang sangat dekat interaksi dengan alamlah yang tahu persis gejala alam ini.

Manusia yang dekat dengan alam tak ingin membohongi informasi karena dia sudah diberi banyak karunia dan menjadi penerus ilmu yang diberikan Tuhan. Adapun sebagian manusia ditemukan memanipulasi data dan informasi karena merasa ilmu yang dimilikinya berasal dari kemapuannya sendiri.

Kearifan masyarakat tradisioan Kalimantan mengajarkan pada saya dan mungkin kita akan pentingnya selalu dekat dengan alam untuk bisa dengan arif mengelola sumberdaya alam. Alam adalah amanah yang telah dipecayakan Tuhan pada kita untuk dikelola dengan arif dan bijaksana. Bila alam sudah dikelola dengan arif, maka kerusakan bumi akan bisa dikurangi.

Salam arif lingkungan!

Sumber Gambar


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates